Terungkap! Dua Proyek Raksasa Senilai Rp39,7 Triliun Jadi Peluang Investasi Sulawesi Utara
Kementerian Investasi/BKPM mengungkapkan dua proyek besar di Sulut senilai Rp39,7 triliun. Apa saja peluang investasi Sulawesi Utara yang menarik perhatian investor?

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan adanya dua proyek Peta Peluang Investasi (PPI) strategis di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Kedua proyek ini memiliki nilai total fantastis mencapai Rp39,7 triliun. Pengumuman penting ini disampaikan oleh Staf Ahli Bidang Pemerataan dan Kemitraan Penanaman Modal, Andi Maulana. Beliau menyampaikannya dalam acara North Sulawesi Investment Challenge (NSIC) 2025 yang berlangsung di Manado.
Inisiatif ini bertujuan untuk menarik investor baik dari dalam maupun luar negeri guna mengembangkan potensi ekonomi daerah. Proyek-proyek ini diharapkan dapat memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan infrastruktur dan sektor pariwisata di Sulut. Kehadiran proyek-proyek ini juga menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendorong pemerataan investasi di seluruh wilayah Indonesia.
Dua proyek PPI di Sulawesi Utara ini merupakan bagian integral dari 86 proyek PPI nasional yang siap ditawarkan kepada investor. Total nilai keseluruhan proyek PPI di seluruh Indonesia mencapai Rp255,7 triliun. Proyek-proyek tersebut mencakup delapan sektor prioritas dan tersebar di 34 provinsi, menegaskan luasnya cakupan peluang investasi yang tersedia.
Detail Proyek Infrastruktur dan Pariwisata Unggulan
Proyek PPI pertama berfokus pada pengembangan infrastruktur vital, yakni Pelabuhan Internasional Bitung. Proyek ini memiliki nilai investasi yang sangat besar, mencapai Rp38,8 triliun. Pembangunan dan modernisasi pelabuhan ini diharapkan akan meningkatkan konektivitas logistik, memperlancar arus barang, serta mendukung kegiatan ekspor-impor di kawasan timur Indonesia.
Sementara itu, proyek kedua berada di sektor pariwisata, yaitu pengembangan Kawasan Marina Pantai Surawaya. Lokasinya terletak di Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Sulut, dengan nilai investasi sebesar Rp929,6 miliar. Pengembangan kawasan ini bertujuan untuk menjadikan Pantai Surawaya sebagai destinasi wisata bahari unggulan, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Kedua proyek ini menunjukkan diversifikasi potensi investasi di Sulawesi Utara, tidak hanya terbatas pada sektor industri. Kombinasi antara infrastruktur dan pariwisata diharapkan dapat menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih kuat. Ini juga akan membuka lapangan kerja baru serta meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
Realisasi Investasi dan Asal Negara Investor di Sulut
Data realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di kabupaten dan kota di Sulawesi Utara menunjukkan tren positif. Periode 2020 hingga semester I 2025, Kabupaten Minahasa Utara menjadi kontributor utama PMA dengan 63 persen. Sementara itu, Kota Manado mendominasi PMDN dengan kontribusi sebesar 40 persen.
Analisis asal negara PMA di Sulawesi Utara periode yang sama mengungkapkan lima negara teratas. Singapura memimpin dengan investasi sebesar Rp8,1 triliun, diikuti oleh Tiongkok (Rp2,3 triliun), Hong Kong (Rp0,7 triliun), Amerika Serikat (Rp0,3 triliun), dan Malaysia (Rp0,3 triliun). Kehadiran investor asing ini menunjukkan kepercayaan terhadap potensi ekonomi Sulut.
Sektor-sektor yang menjadi fokus PMA meliputi pertambangan, industri makanan, listrik gas dan air, industri kertas dan percetakan, serta transportasi gudang dan telekomunikasi. Sedangkan PMDN banyak bergerak di bidang pertambangan, perumahan, kawasan industri dan perkantoran, listrik, gas dan air, transportasi, gudang dan telekomunikasi, serta perdagangan dan reparasi. Diversifikasi sektor ini mencerminkan kekuatan ekonomi daerah yang beragam.