RS Ruslan Mataram: Bekas Kos Jadi Rumah Singgah Gratis untuk Keluarga Pasien
Rumah Sakit Ruslan Mataram memanfaatkan bekas bangunan kos sebagai rumah singgah gratis bagi keluarga pasien dari luar kota yang sedang dirawat inap, sebagai solusi sementara sebelum pembangunan rumah singgah permanen.

Rumah Sakit Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap pasien dan keluarganya. Dalam upaya meningkatkan layanan, RS Ruslan Mataram secara inovatif memanfaatkan bekas bangunan kos-kosan menjadi rumah singgah gratis. Langkah ini diambil sebagai solusi sementara untuk membantu keluarga pasien dari luar Mataram yang harus mendampingi pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit. Inisiatif ini menjawab kebutuhan mendesak akan tempat tinggal sementara bagi keluarga pasien yang datang dari jauh.
Direktur Utama RS Ruslan Mataram, Hj. Eka Nurhayati, menjelaskan bahwa lahan bekas kos-kosan tersebut merupakan bagian dari area seluas 2.700 meter persegi yang dibebaskan oleh Pemerintah Kota Mataram. Area ini rencananya akan digunakan untuk pembangunan rumah singgah permanen dan perluasan area parkir. Namun, karena keterbatasan anggaran pada tahun ini, pihak rumah sakit memutuskan untuk memanfaatkan bangunan kos yang sudah ada sebagai rumah singgah sementara.
"Karena tahun ini belum ada anggaran untuk membangun rumah singgah, kami manfaatkan sekitar 4 unit bangunan kos-kosan yang sudah ada," ungkap Hj. Eka Nurhayati dalam keterangannya di Mataram, Jumat (21/3).
Rumah Singgah Gratis: Solusi Sementara yang Berharga
Fasilitas rumah singgah yang disediakan RS Ruslan Mataram ini sepenuhnya gratis. Langkah ini bertujuan untuk meringankan beban keluarga pasien yang harus mengeluarkan biaya tambahan untuk akomodasi selama mendampingi pasien yang dirawat. Keberadaan rumah singgah ini dinilai sangat membantu, terutama bagi keluarga pasien yang berasal dari daerah terpencil atau memiliki keterbatasan ekonomi.
Sebelum adanya rumah singgah sementara ini, RS Ruslan hanya menyediakan aula ruang tunggu di samping gedung IGD sebagai tempat beristirahat bagi keluarga pasien. Namun, fasilitas ini dinilai kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan keluarga pasien yang jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, pembangunan rumah singgah permanen menjadi prioritas utama rumah sakit.
Konsep rumah singgah yang direncanakan RS Ruslan Mataram terinspirasi dari sejumlah rumah sakit ternama di daerah lain. Namun, yang membedakan adalah rumah singgah di RSUD Mataram akan diberikan secara gratis kepada seluruh keluarga pasien yang membutuhkan.
"Semoga rumah singgah ini bisa cepat terealisasi dan masyarakat bisa mendapatkan layanan terbaik. Kalau kami sih maunya dibangun cepat, tapi kembali kemampuan anggaran daerah," tambah Hj. Eka Nurhayati.
Konsep Rumah Singgah yang Praktis dan Fleksibel
Rumah singgah yang akan dibangun nantinya akan mengusung konsep aula tanpa sekat. Fasilitas yang akan disediakan berupa karpet, tikar, dan kasur yang dapat diatur dan dirapihkan kembali setelah digunakan. Hal ini dilakukan untuk menghindari perebutan tempat tidur atau kekurangan kamar jika dibuat per kamar, mengingat jumlah pasien yang dirawat cukup banyak.
"Begitu juga kalau disiapkan per kamar, dikhawatirkan tidak mencukupi karena jumlah pasien banyak. Kalau aula bisa disesuaikan," jelas Hj. Eka Nurhayati.
Inisiatif RS Ruslan Mataram dalam memanfaatkan bekas kos-kosan sebagai rumah singgah gratis merupakan contoh nyata kepedulian terhadap pasien dan keluarganya. Langkah ini menunjukkan komitmen rumah sakit dalam memberikan layanan kesehatan yang holistik dan berpihak pada masyarakat.
Keberadaan rumah singgah sementara ini diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi keluarga pasien selama masa perawatan. Dengan adanya fasilitas ini, keluarga dapat lebih fokus memberikan dukungan moral dan perawatan kepada pasien tanpa harus memikirkan beban biaya akomodasi.
Meskipun masih bersifat sementara, rumah singgah ini telah memberikan dampak positif yang signifikan bagi keluarga pasien. Semoga pembangunan rumah singgah permanen dapat segera terealisasi sehingga layanan yang diberikan kepada masyarakat dapat semakin optimal.