Rumah Sakit Indonesia di Gaza Rusak Parah Akibat Serangan Israel: Layanan Medis Terganggu
Serangan Israel menyebabkan kerusakan parah pada Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara, mengganggu layanan medis dan memaksa staf medis untuk bekerja dalam kondisi sulit.

Serangan militer Israel di Jalur Gaza telah mengakibatkan kerusakan parah pada Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 19 Mei 2024, menyebabkan gangguan signifikan terhadap layanan kesehatan bagi warga sipil di wilayah tersebut. Rumah Sakit Indonesia, yang selama ini menjadi rujukan utama bagi warga Gaza, kini menghadapi tantangan besar dalam memberikan perawatan medis yang memadai.
Menurut laporan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), serangan tersebut menimbulkan kerusakan struktural yang signifikan. Kaca-kaca jendela pecah, plafon runtuh, dan berbagai peralatan medis rusak akibat guncangan hebat yang ditimbulkan oleh bom-bom yang dijatuhkan di sekitar rumah sakit. Dampaknya, layanan medis penting di ruang perawatan intensif, instalasi gawat darurat, dan ruang operasi terganggu. Situasi ini dijelaskan oleh MER-C sebagai "memprihatinkan".
Lebih lanjut, MER-C melaporkan bahwa serangan tersebut terasa seperti gempa bumi bagi warga sekitar. Beberapa alat medis bahkan tertimpa reruntuhan akibat getaran ledakan. Kondisi ini semakin mempersulit upaya staf medis untuk memberikan perawatan kepada pasien. Meskipun menghadapi ancaman dan keterbatasan, puluhan staf medis dan relawan tetap bertahan di rumah sakit dan berupaya membersihkan puing-puing untuk memulihkan sebagian layanan.
Dampak Serangan Terhadap Layanan Kesehatan
Kerusakan Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara berdampak serius terhadap akses warga sipil terhadap layanan kesehatan. Rumah sakit ini merupakan salah satu fasilitas kesehatan utama di wilayah tersebut, dan kerusakannya menyebabkan kekurangan tempat perawatan dan peralatan medis. Kondisi ini diperparah dengan pengepungan rumah sakit oleh pasukan Israel yang membatasi akses bantuan dan logistik.
Staf medis yang masih bertahan di rumah sakit bekerja dalam kondisi yang sangat sulit. Mereka menghadapi kekurangan makanan dan berbagai kendala lainnya. Namun, mereka tetap berkomitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi pasien, meskipun dengan keterbatasan yang ada. MER-C melaporkan bahwa hingga saat ini, tersisa 20 staf medis yang tetap bertugas di rumah sakit.
Pengepungan oleh pesawat nirawak Israel dan larangan aktivitas di sekitar rumah sakit oleh personel militer Israel yang berada sekitar 500 meter di utara dan selatan rumah sakit menambah kesulitan dalam upaya pemulihan dan bantuan. Situasi ini menggambarkan betapa sulitnya upaya untuk memberikan bantuan kemanusiaan di tengah konflik bersenjata.
Seruan Penghentian Serangan dan Bantuan Kemanusiaan
MER-C mengecam serangan terhadap Rumah Sakit Indonesia sebagai pelanggaran berat hukum humaniter internasional. Serangan yang direncanakan dan tanpa peringatan terhadap tenaga medis dan fasilitas kesehatan merupakan tindakan yang tidak dapat diterima. Organisasi kemanusiaan ini mendesak Israel untuk segera menghentikan serangan militer di Jalur Gaza dan membuka blokade makanan di Gaza.
Bantuan kemanusiaan sangat dibutuhkan untuk membantu staf medis di Rumah Sakit Indonesia dan warga Gaza yang terdampak konflik. Pembukaan akses bantuan dan logistik sangat penting untuk memperbaiki kerusakan rumah sakit dan memastikan kelangsungan layanan kesehatan. MER-C menegaskan komitmennya untuk terus mendukung pelayanan medis dan renovasi rumah sakit meskipun menghadapi berbagai tantangan.
Peristiwa ini menyoroti pentingnya perlindungan fasilitas kesehatan dan tenaga medis dalam konflik bersenjata. Serangan terhadap rumah sakit bukan hanya merusak infrastruktur, tetapi juga menghambat akses warga sipil terhadap layanan kesehatan yang sangat dibutuhkan, terutama di tengah situasi konflik yang penuh dengan ketidakpastian.
MER-C berharap agar komunitas internasional dapat memberikan tekanan kepada Israel agar menghentikan serangan dan memberikan akses bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan untuk pemulihan Rumah Sakit Indonesia dan layanan kesehatan di Gaza.