WHO Desak Percepatan Evakuasi Medis dari Jalur Gaza Pasca Konflik
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak percepatan evakuasi medis dari Jalur Gaza, mengingat ribuan pasien kritis membutuhkan perawatan mendesak setelah konflik, meskipun perbatasan Rafah telah dibuka.
![WHO Desak Percepatan Evakuasi Medis dari Jalur Gaza Pasca Konflik](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/07/220224.538-who-desak-percepatan-evakuasi-medis-dari-jalur-gaza-pasca-konflik-1.jpg)
Keadaan Darurat Kesehatan di Jalur Gaza
Situasi di Jalur Gaza pasca konflik menimbulkan krisis kemanusiaan yang serius, khususnya di sektor kesehatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis, 7 Februari 2024, mendesak percepatan evakuasi medis dari wilayah tersebut. Perwakilan WHO untuk Tepi Barat dan Gaza, Richard Peeperkorn, menggambarkan kerusakan infrastruktur kesehatan sebagai 'tak terbayangkan'.
Rumah Sakit yang Rusak dan Pasien yang Membutuhkan Evakuasi
Dari 36 rumah sakit di Gaza, hanya 18 yang masih berfungsi sebagian. Fasilitas kesehatan yang beroperasi pun sangat terbatas. Jumlah pasien yang membutuhkan evakuasi medis diperkirakan antara 12.000 hingga 14.000 orang. Separuhnya mengalami luka akibat serangan, sementara sisanya menderita penyakit kronis yang membutuhkan perawatan segera.
Meskipun perbatasan Rafah dengan Mesir telah dibuka untuk evakuasi, Peeperkorn menekankan bahwa hal itu masih belum cukup. "Kita harus mempercepat evakuasi medis. Lebih banyak pasien harus melewati Rafah menuju Mesir. Namun, kita juga membutuhkan koridor medis lainnya," tegasnya.
Dampak Konflik terhadap Tenaga Kesehatan
Konflik juga berdampak signifikan terhadap para tenaga kesehatan. Banyak yang mengalami gangguan kecemasan dan depresi akibat situasi yang traumatis. Sayangnya, ketersediaan layanan kesehatan jiwa sangat terbatas, hanya ada dua psikiater yang tersedia di wilayah tersebut. Situasi ini semakin mempersulit upaya penanganan krisis kesehatan di Gaza.
Serangan terhadap Fasilitas Kesehatan
Sejak 7 Oktober 2023, tercatat 670 serangan terhadap fasilitas kesehatan di Gaza. Serangan ini mengakibatkan 886 orang tewas, termasuk dokter dan warga sipil, serta 1.355 orang terluka. WHO menegaskan ketidakmampuannya untuk menentukan pihak yang bertanggung jawab atas serangan-serangan tersebut.
Seruan Kerja Sama Internasional
Peeperkorn juga menyampaikan harapannya agar Amerika Serikat mempertimbangkan kembali keputusannya untuk menarik diri dari WHO. "Kami menyesalkan pengumuman itu, dan kami benar-benar berharap hal tersebut sedang dikaji ulang," katanya. Ia menekankan pentingnya kerja sama internasional dalam menghadapi krisis kemanusiaan seperti ini, dengan menyatakan bahwa fokus utama seharusnya adalah 'kerja sama, bukan isolasi'.
Kesimpulan
Krisis kesehatan di Jalur Gaza membutuhkan respons internasional yang cepat dan terkoordinasi. Percepatan evakuasi medis, peningkatan akses terhadap layanan kesehatan, dan dukungan internasional sangat krusial untuk membantu penduduk Gaza yang menderita akibat konflik. Perlu adanya komitmen bersama untuk memastikan akses perawatan kesehatan yang layak bagi semua korban konflik.