Rupiah Diperkirakan Sulit Menguat: Antisipasi Data NFP AS dan Cadangan Devisa
Analis memperkirakan Rupiah akan sulit menguat karena investor masih mengantisipasi data Non-Farm Payroll (NFP) AS dan cadangan devisa Indonesia, meskipun sempat menguat akibat meredanya kekhawatiran perang dagang global.
![Rupiah Diperkirakan Sulit Menguat: Antisipasi Data NFP AS dan Cadangan Devisa](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/06/230313.678-rupiah-diperkirakan-sulit-menguat-antisipasi-data-nfp-as-dan-cadangan-devisa-1.jpg)
Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan tetap melemah dalam waktu dekat. Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengungkapkan bahwa investor masih menunggu rilis data Non-Farm Payroll (NFP) Amerika Serikat (AS) dan data cadangan devisa Indonesia pada Jumat, 7 Februari 2024, sebagai faktor penentu pergerakan kurs.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelemahan Rupiah
Lukman Leong menjelaskan bahwa penguatan Rupiah dalam dua hari perdagangan sebelumnya disebabkan oleh meredanya kekhawatiran akan perang dagang global. Namun, peningkatan ini dinilai tidak berkelanjutan. Ketidakpastian kebijakan ekonomi dan politik Presiden AS Donald Trump masih menjadi faktor utama yang menekan sentimen investor, sehingga menyebabkan pelemahan mata uang emerging market, termasuk Rupiah.
Penundaan kebijakan tarif AS sebesar 25 persen terhadap Kanada dan Meksiko, yang bersifat sementara, juga menjadi beban. Tenggat waktu 30 hari akan segera berakhir, dan kemungkinan penerapan tarif tersebut kembali menjadi ancaman bagi pasar.
Dari sisi domestik, laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen dinilai netral. Data ini tidak memberikan tekanan atau dukungan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah. Lukman Leong menekankan bahwa faktor eksternal, khususnya dari AS, masih sangat dominan dalam menentukan pergerakan kurs Rupiah.
Kondisi Rupiah di Pasar
Pada pembukaan perdagangan Kamis, 6 Februari 2024, Rupiah melemah 17 poin atau 0,10 persen, mencapai Rp16.309 per dolar AS, dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di Rp16.292 per dolar AS. Ini menunjukkan tren pelemahan yang berlanjut meskipun sempat terjadi penguatan sebelumnya.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, prospek penguatan Rupiah dalam waktu dekat masih diragukan. Antisipasi terhadap data ekonomi AS dan kondisi cadangan devisa Indonesia menjadi faktor kunci yang akan menentukan pergerakan kurs. Ketidakpastian kebijakan AS dan faktor eksternal lainnya masih menjadi kendala utama bagi penguatan Rupiah. Situasi ini perlu dipantau secara ketat oleh para pelaku pasar dan investor.