Santri 14 Tahun Meninggal Terseret Banjir Karawang, Tiga Kecamatan Terendam
Banjir di Karawang, Jawa Barat, menewaskan seorang santri berusia 14 tahun yang terseret arus, sementara tiga kecamatan terendam banjir hingga 2 meter akibat meluapnya Sungai Citarum dan Cibeet.

Seorang santri berusia 14 tahun, Amanillah Bayu Pratama, ditemukan meninggal dunia setelah terseret arus banjir di Desa Mulyajaya, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Kejadian tragis ini terjadi pada Selasa (4/3) sekitar pukul 16.00 WIB, saat korban bersama dua temannya terseret banjir. Kedua temannya berhasil selamat, namun Amanillah Bayu Pratama terseret sejauh 1,5 kilometer dan ditemukan meninggal dunia pada Rabu (5/3) pukul 08.45 WIB.
Korban merupakan warga Pangungsen, Desa Sirau, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Setelah ditemukan, jenazah dievakuasi ke pesantren tempatnya belajar, kemudian dibawa ke rumah duka untuk diserahkan kepada pihak keluarga. Kejadian ini menyisakan duka mendalam bagi keluarga dan lingkungan pesantren.
Banjir yang melanda Karawang mengakibatkan kerugian yang signifikan, tidak hanya kehilangan nyawa, tetapi juga kerusakan harta benda dan aktivitas masyarakat yang terganggu. Tingginya intensitas hujan dalam beberapa hari terakhir menjadi penyebab utama bencana ini.
Banjir Karawang Rendam Tiga Kecamatan
Banjir di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, merendam sejumlah desa dan kelurahan di tiga kecamatan, yaitu Telukjambe Barat, Karawang Barat, dan Pangkalan. Ketinggian air bervariasi, mencapai hingga 2 meter di beberapa titik. Di Kecamatan Telukjambe Barat, banjir menggenangi Desa Karangligar, Mekarmulya, Mulyajaya, dan Wanakerta.
Sementara itu, di Kecamatan Karawang Barat, dua kelurahan terdampak, yaitu Kelurahan Tanjungmekar dan Karawangkulon. Sedangkan di Kecamatan Pangkalan, banjir merendam Desa Mulangsar, Ciptasari, Tamanmekar, dan Tamansari. Kondisi ini menyebabkan aktivitas warga terhambat dan sejumlah rumah terendam.
Luasnya wilayah yang terdampak banjir menunjukkan besarnya skala bencana ini. Pemerintah daerah setempat telah mengerahkan tim untuk melakukan evakuasi dan memberikan bantuan kepada warga terdampak.
Penyebab Banjir dan Upaya Penanganan
Banjir di Karawang disebabkan oleh meluapnya dua sungai besar, yaitu Sungai Citarum dan Sungai Cibeet. Di beberapa titik, banjir diakibatkan oleh meluapnya Sungai Cibeet. Tingginya curah hujan dalam beberapa hari terakhir menyebabkan debit air sungai meningkat drastis, sehingga mengakibatkan luapan air ke pemukiman warga.
Pemerintah daerah Karawang telah melakukan berbagai upaya untuk menangani banjir, termasuk evakuasi warga terdampak dan pendistribusian bantuan logistik. Selain itu, upaya normalisasi sungai dan pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir juga terus dilakukan untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Namun, dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat untuk menjaga lingkungan dan mencegah terjadinya banjir.
"Pada awalnya korban dilaporkan terseret banjir bersama kedua orang temannya pada Selasa (4/3) sekitar pukul 16.00 WIB. Namun dua orang temannya selamat, sedangkan korban terseret dan tenggelam, hingga akhirnya ditemukan pada Rabu pagi," ujar Komandan Tim Rescue Unit Siaga SAR Karawang, Frengky Jonathan.
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan terhadap potensi bencana alam, terutama di musim hujan. Masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
- Korban: Amanillah Bayu Pratama (14 tahun)
- Lokasi kejadian: Desa Mulyajaya, Kecamatan Telukjambe Barat, Karawang, Jawa Barat
- Waktu kejadian: Selasa (4/3) sekitar pukul 16.00 WIB
- Waktu ditemukan: Rabu (5/3) pukul 08.45 WIB
- Penyebab banjir: Meluapnya Sungai Citarum dan Cibeet
- Wilayah terdampak: Tiga kecamatan di Karawang (Telukjambe Barat, Karawang Barat, dan Pangkalan)
Kejadian ini menjadi duka bagi keluarga korban dan masyarakat Karawang. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan selalu waspada terhadap potensi bencana alam.