Semeru Erupsi! Letusan Capai 1.000 Meter di Atas Puncak
Gunung Semeru erupsi dengan letusan mencapai 1.000 meter di atas puncak, PVMBG mengeluarkan rekomendasi penting bagi warga sekitar.

Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa, kembali erupsi pada Rabu malam, 7 Mei 2024, pukul 19.16 WIB. Letusan dahsyat tersebut mencapai ketinggian 1.000 meter di atas puncak gunung atau sekitar 4.676 meter di atas permukaan laut (mdpl). Erupsi ini terpantau dari Pos Pengamatan Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang. Kolom abu berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal teramati mengarah ke barat. Berdasarkan data seismograf, amplitudo maksimum erupsi mencapai 22 mm dengan durasi 118 detik.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Yadi Yuliandi, melaporkan bahwa sebelum erupsi besar tersebut, Gunung Semeru telah mengalami setidaknya delapan kali erupsi sejak pukul 00.09 WIB. Meskipun beberapa erupsi awal tidak teramati secara visual, erupsi utama pada pukul 19.16 WIB sangat signifikan dan masih berlangsung saat laporan dibuat. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran dan kewaspadaan di wilayah sekitar Gunung Semeru.
Erupsi Gunung Semeru ini menjadi pengingat akan potensi bahaya gunung berapi aktif di Indonesia. Wilayah sekitar gunung merupakan area yang rawan bencana, dan kewaspadaan masyarakat sangat penting untuk meminimalisir risiko. Pihak berwenang terus memantau aktivitas gunung dan memberikan informasi terkini kepada masyarakat untuk memastikan keselamatan.
Rekomendasi PVMBG: Waspada Bahaya Gunung Semeru
Menyikapi erupsi Gunung Semeru, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan sejumlah rekomendasi penting. Status Gunung Semeru saat ini masih berada pada level II atau Waspada. Atas dasar ini, PVMBG mengeluarkan larangan tegas bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas di beberapa area tertentu.
Masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 8 kilometer dari puncak (pusat erupsi). Selain itu, aktivitas di luar jarak tersebut juga dibatasi, yakni dilarang beraktivitas dalam radius 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan. Hal ini dikarenakan potensi perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak.
Sebagai tindakan pencegahan, masyarakat juga diimbau untuk tidak beraktivitas dalam radius tiga kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru. Area ini berisiko tinggi terhadap bahaya lontaran batu pijar yang dapat membahayakan keselamatan jiwa. Rekomendasi ini dikeluarkan untuk memastikan keselamatan masyarakat di sekitar Gunung Semeru.
Selain larangan aktivitas di area-area tersebut, masyarakat juga diimbau untuk mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar hujan di sepanjang aliran sungai dan lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Sungai-sungai yang perlu diwaspadai meliputi Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar di sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan. Kewaspadaan dan kepatuhan terhadap rekomendasi PVMBG sangat penting untuk mengurangi risiko bencana.
Pentingnya Kesiapsiagaan Bencana
Erupsi Gunung Semeru menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. Masyarakat di sekitar gunung berapi aktif harus selalu siap siaga dan mengikuti arahan dari pihak berwenang. Pengetahuan tentang jalur evakuasi dan rencana kontijensi sangat penting untuk mengurangi dampak buruk jika terjadi erupsi.
Selain itu, edukasi dan sosialisasi tentang mitigasi bencana gunung api perlu ditingkatkan. Masyarakat perlu memahami potensi bahaya dan cara mengurangi risiko. Kerja sama antara pemerintah, lembaga terkait, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan tangguh terhadap bencana.
Dengan meningkatkan kesiapsiagaan dan kepatuhan terhadap rekomendasi dari PVMBG, diharapkan dampak erupsi Gunung Semeru dapat diminimalisir dan keselamatan masyarakat dapat dijaga. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk selalu waspada dan siap menghadapi potensi bencana alam.