Sinergi Freeport dan Antam: Dorong Hilirisasi Emas dan Perkuat Ekonomi Nasional
Menteri BUMN Erick Thohir mengumumkan kerja sama penjualan emas Freeport ke Antam sebagai langkah strategis hilirisasi untuk memperkuat ekonomi Indonesia dan mengurangi ketergantungan impor.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, baru-baru ini mengumumkan dimulainya penjualan emas olahan PT Freeport Indonesia (PTFI) kepada PT Aneka Tambang (Antam). Kolaborasi ini merupakan langkah signifikan dalam upaya hilirisasi sektor pertambangan dan penguatan ekonomi nasional. Penjualan emas olahan Freeport, dengan berat mencapai 125 kilogram, menandai dimulainya kontrak kerja sama selama lima tahun senilai 12,5 miliar dolar AS.
Kerja sama ini merupakan bagian dari sinergi Mining Industry Indonesia (MIND ID) dalam mendorong hilirisasi emas dan mengurangi impor. Langkah ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya swasembada energi dan hilirisasi sumber daya alam. Dengan kapasitas produksi emas Freeport mencapai 50 ton per tahun, dan Antam menyerap 30 ton, kerja sama ini diproyeksikan memberikan dampak ekonomi yang sangat besar bagi Indonesia.
Erick Thohir menekankan bahwa hilirisasi merupakan langkah krusial yang tidak bisa ditawar lagi. "Kerja sama ini memberikan manfaat besar bagi perekonomian nasional. Hilirisasi adalah opsi yang tidak bisa ditawar," ujarnya. Ia optimistis langkah ini akan memperkuat posisi Indonesia di pasar global dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Lebih lanjut, Erick menjelaskan bahwa meskipun Indonesia memiliki cadangan emas terbesar keenam di dunia (sekitar 2.600 metrik ton), cadangan emas batangan masih berada di peringkat 43 dunia. Kerja sama ini memungkinkan Indonesia untuk memproses bahan baku di dalam negeri, meningkatkan nilai tambah, dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.
Hilirisasi Emas: Langkah Strategis Indonesia
Kerja sama antara Freeport dan Antam merupakan wujud nyata dari komitmen pemerintah dalam mengembangkan industri hilirisasi. Dengan menyerap 30 ton emas dari total produksi Freeport sebesar 50 ton per tahun, Antam akan mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku logam mulia. Hal ini akan berdampak signifikan pada penghematan devisa negara, diperkirakan mencapai ratusan triliun rupiah dalam lima tahun ke depan.
Direktur Utama Antam, Nico Kanter, menjelaskan bahwa sinergi ini akan meningkatkan sourcing bahan baku emas dari dalam negeri. Emas dari Freeport akan diolah di pabrik pengolahan dan pemurnian Antam untuk diproses menjadi produk logam mulia. "Dengan adanya kepastian sourcing bahan baku emas dalam negeri di tengah momentum rekor tertinggi harga emas, akan memberikan kepastian kepada masyarakat mengenai ketersediaan produk logam mulia Antam. Kami terus mengoptimalkan produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan tentunya akan meningkatkan kinerja Antam," kata Nico.
Penjualan emas ini merupakan tindak lanjut dari perjanjian jual beli logam emas antara Freeport dan Antam yang telah disepakati pada awal November lalu. Kolaborasi ini diharapkan mampu memberikan dampak positif yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia, baik dari segi peningkatan pendapatan negara maupun penguatan ketahanan ekonomi nasional.
Dampak Positif bagi Perekonomian Indonesia
- Peningkatan Nilai Tambah: Pengolahan emas di dalam negeri meningkatkan nilai tambah ekonomi.
- Penghematan Devisa: Mengurangi ketergantungan impor dan menghemat devisa negara hingga ratusan triliun rupiah.
- Penguatan Posisi Global: Memperkuat posisi Indonesia di pasar global dalam industri pertambangan emas.
- Ketersediaan Produk Logam Mulia: Memastikan ketersediaan produk logam mulia Antam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
- Peningkatan Kinerja BUMN: Meningkatkan kinerja PT Antam dan memperkuat sinergi antar BUMN.
Secara keseluruhan, kerja sama antara Freeport dan Antam ini merupakan langkah strategis yang sangat penting bagi Indonesia. Kolaborasi ini tidak hanya mendorong hilirisasi industri pertambangan, tetapi juga berkontribusi pada penguatan ekonomi nasional dan ketahanan ekonomi jangka panjang. Dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam secara optimal dan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, Indonesia semakin mantap menuju perekonomian yang lebih kuat dan berdaya saing.