Sleman Bedah Buku "Guyub Rukun Ayem Tentrem", Sukses Tumbuhkan Minat Baca dan Nilai Keluarga
Dinas Perpustakaan Sleman sukses adakan bedah buku "Guyub Rukun Ayem Tentrem", mengajak masyarakat untuk lebih mengenal nilai-nilai luhur Jawa dan meningkatkan minat baca.

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kabupaten Sleman, Yogyakarta, menggelar bedah buku "Guyub Rukun Ayem Tentrem: Keluarga Bahagia Dalam Masyarakat Jawa" pada Kamis, 24 April 2024 di Desa Wisata Taman Sendang Bandung. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan falsafah kehidupan guyub rukun dan ayem tentrem dalam keluarga kepada masyarakat Sleman, sekaligus mendorong minat baca dan pemanfaatan layanan perpustakaan. Acara ini dimoderatori oleh Pustakawan DPK Sleman, Bagus Eko Nur Saputro, dan menghadirkan Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Sleman, Muh Zuhdan, serta penulis buku, Cahyadi Takariawan.
Buku "Guyub Rukun Ayem Tentrem" sendiri mengangkat tema penanaman nilai-nilai luhur dan pembentukan karakter dalam keluarga. Wahyuningsih, Ketua Tim Pengelolaan Koleksi DPK Kabupaten Sleman, menekankan pentingnya kegiatan ini dalam memperkuat nilai-nilai keluarga di tengah masyarakat. Ia berharap kegiatan ini dapat menginspirasi masyarakat untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan meningkatkan minat baca di Kabupaten Sleman.
Muh Zuhdan, dalam pemaparannya, menyoroti paradoks antara IPM Kabupaten Sleman yang tinggi dan rendahnya minat baca di Indonesia. Ia memuji buku "Guyub Rukun Ayem Tentrem" yang ditulis Cahyadi Takariawan dan Ida Nur Laila karena gaya bahasanya yang sederhana dan mudah dipahami. Buku ini, menurutnya, membahas pentingnya ketahanan keluarga, baik fisik maupun sosial, dengan menekankan pentingnya pemenuhan kebutuhan dasar dan pendidikan karakter anak.
Nilai-nilai Luhur dalam Keluarga
Buku "Guyub Rukun Ayem Tentrem" secara khusus membahas pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak. Menurut Zuhdan, yang juga disampaikan dalam buku tersebut, anak bukan hanya milik orang tua, tetapi juga masa depan bangsa. Oleh karena itu, orang tua perlu membekali anak dengan akidah dan akhlak yang baik. Zuhdan juga menekankan pentingnya menghargai peran perempuan dalam keluarga, seraya mengingatkan agar perempuan tidak disakiti.
Cahyadi Takariawan, penulis buku, menjelaskan bahwa masyarakat Jawa memiliki local wisdom atau pitutur luhur yang kaya akan simbol-simbol, yang sering dikemas dalam bentuk tembang. Tembang-tembang Jawa ini mengandung pesan-pesan moral yang luhur, seperti nilai kemanusiaan, kebersamaan, cinta kasih sayang, kelembutan, kehangatan, keperwiraan, dan kepahlawanan. Ia juga menekankan pentingnya niat tulus, motivasi lurus, dan tekad kuat dalam membangun keluarga yang sakinah dan bahagia. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa harta dan rupa bukanlah pondasi utama, melainkan hati yang bersih.
Buku ini membahas secara rinci tentang bagaimana membangun ketahanan keluarga, baik dari sisi fisik (memenuhi kebutuhan dasar) maupun sosial (membangun hubungan harmonis). Penulis juga menekankan pentingnya pendidikan karakter anak sejak dini, dengan menanamkan nilai-nilai agama dan moral yang kuat. Selain itu, buku ini juga menyoroti pentingnya peran perempuan dalam keluarga dan perlunya menghargai kontribusi mereka.
Pentingnya Membangun Keluarga yang Harmonis
Bedah buku ini tidak hanya sekadar membahas isi buku, tetapi juga menjadi wadah diskusi dan berbagi pengalaman tentang bagaimana membangun keluarga yang harmonis dan bahagia. Peserta bedah buku antusias mengikuti sesi diskusi dan berbagi pengalaman mereka masing-masing. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi masyarakat untuk menerapkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan keluarga mereka.
Kesimpulannya, kegiatan bedah buku "Guyub Rukun Ayem Tentrem" di Sleman merupakan langkah positif dalam upaya meningkatkan minat baca dan memperkuat nilai-nilai keluarga di masyarakat. Buku ini memberikan panduan praktis dan inspiratif tentang bagaimana membangun keluarga yang bahagia dan harmonis berdasarkan nilai-nilai luhur budaya Jawa. Semoga kegiatan serupa dapat terus dilakukan untuk mendorong terciptanya masyarakat yang lebih guyub, rukun, ayem, dan tentrem.