SMBC Indonesia Raih Laba Rp2,8 Triliun di 2024, Pertumbuhan 10 Persen!
SMBC Indonesia berhasil membukukan laba bersih Rp2,8 triliun di tahun 2024, meningkat 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya, didorong oleh pertumbuhan kredit ritel dan pendapatan operasional.

PT Bank SMBC Indonesia Tbk (SMBC Indonesia) berhasil menorehkan prestasi gemilang dengan membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp2,8 triliun pada tahun 2024. Pencapaian ini menunjukkan peningkatan sebesar 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan laba ini diraih di tengah berbagai tantangan ekonomi dan persaingan yang ketat di sektor perbankan Indonesia. Pertumbuhan ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk peningkatan kredit ritel dan pendapatan operasional yang signifikan.
Secara rinci, peningkatan laba bersih SMBC Indonesia juga dipengaruhi oleh akuisisi PT Oto Multiartha (OTO) dan PT Summit Oto Finance (SOF) pada Maret 2024. Namun, jika di luar dampak akuisisi tersebut, laba bersih entitas Bank dan BTPN Syariah setelah pajak masih menunjukan peningkatan yang cukup signifikan, yaitu sekitar 8 persen. Hal ini menunjukkan kinerja fundamental yang kuat dari bank tersebut.
Direktur Utama SMBC Indonesia, Henoch Munandar, menyatakan optimismenya terhadap pencapaian ini. "Dengan pencapaian luar biasa tahun lalu sebagai landasan, kami akan terus berupaya memberikan solusi keuangan yang relevan untuk memenuhi kebutuhan nasabah," ujar Henoch dalam keterangan pers di Jakarta, Senin.
Pertumbuhan Kredit dan Dana Pihak Ketiga
Dari sisi intermediasi, SMBC Indonesia mencatatkan pertumbuhan kredit yang impresif. Penyaluran kredit secara konsolidasi meningkat 15 persen menjadi Rp179,4 triliun pada akhir 2024. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh kredit ritel yang tumbuh signifikan sebesar 31 persen. Segmen Joint Finance, Jenius, dan Mikro menjadi kontributor utama, masing-masing mencatatkan pertumbuhan sebesar 389 persen, 51 persen, dan 40 persen.
Meskipun kredit korporasi mengalami penurunan sebesar 6 persen akibat tantangan dinamika suku bunga dan persaingan yang ketat, pertumbuhan kredit ritel mampu mengimbangi penurunan tersebut. Kredit untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 8 persen. Hal ini menunjukkan komitmen SMBC Indonesia dalam mendukung sektor riil Indonesia.
Di sisi penghimpunan dana, total Dana Pihak Ketiga (DPK) SMBC Indonesia meningkat 12 persen menjadi Rp121,3 triliun. Saldo rekening koran dan rekening tabungan (CASA) tumbuh 3 persen menjadi Rp45,6 triliun, sementara total deposito naik 18 persen menjadi Rp75,7 triliun. Pertumbuhan DPK ini menunjukkan kepercayaan nasabah yang tinggi terhadap SMBC Indonesia.
Pendapatan Operasional yang Meningkat
Peningkatan laba bersih SMBC Indonesia juga didorong oleh peningkatan pendapatan operasional yang signifikan. Pendapatan operasional meningkat 27 persen mencapai Rp17,4 triliun. Pendapatan bunga bersih tumbuh 26 persen menjadi Rp15,2 triliun, sementara pendapatan lainnya naik 31 persen menjadi Rp2,2 triliun.
Peningkatan pendapatan bunga bersih sejalan dengan kenaikan margin bunga bersih (NIM) yang mencapai 7,10 persen pada Desember 2024, meningkat dari 6,45 persen pada Desember 2023. Kenaikan ini berasal dari pendapatan bunga kredit, penempatan aset likuid, dan pendapatan bunga bersih dari Grup OTO.
Pendapatan fee juga mengalami peningkatan berkat volume transaksi kartu kredit, penjualan produk bancassurance, cash management, dan trade. Meskipun biaya operasional meningkat menjadi Rp9,4 triliun (termasuk biaya operasional Grup OTO) dan biaya kredit mencapai Rp3,9 triliun, peningkatan pendapatan mampu menutupi peningkatan biaya tersebut.
Rasio Keuangan yang Sehat dan Digitalisasi
SMBC Indonesia juga menunjukkan rasio keuangan yang sehat. Rasio cakupan likuiditas (LCR) dan rasio pendanaan stabil bersih (NSFR) tetap berada di level yang aman, yaitu 253,71 persen dan 125,02 persen. Rasio kecukupan modal (CAR) juga berada di level 30,02 persen. Meskipun rasio Non-Performing Loan (NPL) gross meningkat menjadi 2,5 persen dari 1,36 persen, SMBC Indonesia berkomitmen untuk menerapkan manajemen risiko yang sehat.
Dari sisi digitalisasi, aplikasi perbankan digital Jenius mencatatkan pertumbuhan yang pesat. Jumlah pengguna terdaftar meningkat 13 persen menjadi 5,9 juta pada akhir Desember 2024. DPK Jenius juga naik 16 persen menjadi Rp29,5 triliun, dan penyaluran kredit meningkat 51 persen menjadi Rp3,3 triliun.
Secara keseluruhan, kinerja SMBC Indonesia di tahun 2024 menunjukkan pertumbuhan yang positif dan menjanjikan. Kombinasi dari pertumbuhan kredit ritel, peningkatan pendapatan operasional, dan rasio keuangan yang sehat menjadi kunci keberhasilan bank ini. Ke depan, SMBC Indonesia akan terus fokus pada inovasi dan pengembangan layanan digital untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang semakin beragam.