Strategi Pembangunan Sumbar di RKPD 2026: Fokus Pertanian, UMKM, dan Pariwisata Berbasis Masyarakat
Bappeda Sumbar memaparkan rencana strategis pembangunan di RKPD 2026, yang fokus pada pengembangan pertanian berkelanjutan, pemberdayaan UMKM, dan pariwisata berbasis masyarakat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumatera Barat (Sumbar) baru-baru ini mengumumkan sejumlah program strategis pembangunan yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2026. Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Kepala Bappeda Provinsi Sumbar, Medi Iswandi, di Padang pada Selasa, 28 Januari.
Salah satu fokus utama pembangunan Sumbar adalah pengelolaan dan pengembangan sektor pertanian. Sektor ini sangat vital bagi perekonomian Sumbar, berkontribusi hingga 22 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pemerintah Provinsi berkomitmen untuk memajukan sektor pertanian secara berkelanjutan dan meningkatkan produktivitasnya.
Program strategis lainnya adalah pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Bappeda Sumbar berencana mengintegrasikan UMKM dan industri kecil ke dalam hilirisasi pertanian. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan peran UMKM dalam program makan bergizi gratis pemerintah pusat, sekaligus mendorong perekonomian lokal.
Tidak hanya itu, Bappeda juga menargetkan UMKM Sumbar mampu menembus pasar ekspor. Komoditas unggulan seperti bumbu rendang dan produk olahan gambir dinilai memiliki potensi besar di pasar internasional. Pemerintah akan memberikan dukungan dan pelatihan untuk meningkatkan daya saing produk UMKM.
Sektor pariwisata juga menjadi prioritas utama dalam RKPD 2026. Namun, berbeda dari pendekatan sebelumnya, pengembangan pariwisata di Sumbar kali ini akan fokus pada community based tourism (CBT) atau pariwisata berbasis masyarakat. Model ini dianggap lebih berdampak bagi masyarakat akar rumput dibandingkan dengan pengembangan pariwisata skala besar dan mewah.
Konsep CBT ini diyakini dapat mendistribusikan manfaat ekonomi pariwisata secara lebih merata. Desa wisata dan kelompok sadar wisata akan menjadi ujung tombak dalam pengelolaan dan pengembangan sektor pariwisata ke depan. Hal ini sejalan dengan upaya untuk memberdayakan masyarakat lokal dan melestarikan budaya.
Dukungan terhadap rencana strategis ini juga datang dari kalangan akademisi. Prof. Elfindri dari Universitas Andalas (Unand) memberikan beberapa rekomendasi penting. Di sektor pendidikan, ia menekankan pentingnya perluasan akses pendidikan di daerah terpencil, peningkatan kualitas guru, dan pengembangan sekolah berasrama berbasis budaya lokal. Sementara di sektor kesehatan, ia merekomendasikan program gizi bagi balita, penguatan layanan puskesmas, dan kampanye hidup bersih.
Prof. Elfindri juga menyoroti pentingnya optimalisasi potensi nagari atau desa melalui teknologi tepat guna, pengembangan agroindustri, serta pemberdayaan berbasis masjid atau rumah ibadah. Rekomendasi ini diharapkan dapat memperkuat pondasi pembangunan Sumbar yang berkelanjutan dan inklusif.