Surya Biru Murni Cetak Penjualan Rp32,48 Miliar di Kuartal I-2025: Ekspansi Bisnis Jadi Kunci!
PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) berhasil membukukan penjualan Rp32,48 miliar di kuartal I-2025, tumbuh 12,43% yoy, didorong ekspansi bisnis dan peningkatan permintaan gas industri.

PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) berhasil mencatatkan kinerja positif pada kuartal I-2025 dengan membukukan penjualan sebesar Rp32,48 miliar. Pencapaian ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 12,43 persen year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Pertumbuhan ini didorong oleh ekspansi bisnis yang dilakukan perseroan pada tahun sebelumnya, serta peningkatan permintaan gas industri di Indonesia.
Direktur Utama SBMA, Rini Dwiyanti, menjelaskan bahwa performa positif di awal tahun ini merupakan cerminan dari strategi ekspansi yang telah dijalankan. "Performa awal tahun merupakan cerminan hasil dari ekspansi bisnis yang dilakukan oleh perseroan pada tahun lalu," ujar Rini dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (9/5).
Pertumbuhan penjualan ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk peningkatan permintaan di sektor konstruksi dan manufaktur, serta keberhasilan diversifikasi produk ke gas campuran yang mencatatkan peningkatan pesanan signifikan hingga 96,58 persen.
Rincian Penjualan Produk SBMA Kuartal I-2025
Rincian penjualan produk SBMA pada kuartal I-2025 menunjukkan beberapa tren yang menarik. Penjualan Oksigen meningkat signifikan sebesar 32,84 persen (yoy) menjadi Rp8,71 miliar. Namun, penjualan Acetylene mengalami penurunan 6,21 persen (yoy) menjadi Rp8,15 miliar, sementara penjualan Argon turun 29 persen (yoy) menjadi Rp4,12 miliar dan Nitrogen turun 3,85 persen (yoy) menjadi Rp2,48 miliar. Di sisi lain, penjualan Karbondioksida menunjukan peningkatan yang cukup pesat, naik 44,34 persen (yoy) menjadi Rp1,90 miliar. Gas campuran juga berkontribusi signifikan dengan peningkatan penjualan hingga 96,58 persen menjadi Rp5,88 miliar.
Peningkatan penjualan gas campuran ini menunjukkan keberhasilan SBMA dalam melakukan diversifikasi produk. Hal ini menjadi strategi penting untuk mengurangi ketergantungan pada satu jenis produk dan meningkatkan pendapatan secara keseluruhan. Strategi ini terbukti efektif dalam menghadapi fluktuasi permintaan di pasar.
"Perseroan berhasil melakukan diversifikasi produk ke gas campuran yang pada periode ini terlihat mengalami pesanan yang naik signifikan hingga 96,58 persen jadi Rp5,88 miliar dari tahun sebelumnya Rp2,99 miliar," jelas Rini.
Strategi Peningkatan Efisiensi dan Ekspansi
Demi meningkatkan efisiensi operasional dan mengatasi kendala penyimpanan, SBMA membangun stasiun pengisian Argon dan Karbondioksida yang terpisah. Sebelumnya, fasilitas pengisian Argon dan Karbon Dioksida berada di lokasi yang sama dengan stasiun pengisian Oksigen dan Nitrogen, yang menyebabkan kepadatan dan hambatan operasional. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi produksi dan meminimalisir waktu tunggu.
Selain itu, SBMA juga melakukan investasi untuk menambah kapasitas tabung gas. Pada April 2025, perseroan menambah 1.000 tabung acetylene dan 960 tabung oksigen dengan total investasi Rp1,7 miliar. Investasi ini merupakan bagian dari strategi untuk meningkatkan distribusi dan menjangkau konsumen yang lebih luas.
"Pembelian ini sebagai salah satu strategi perseroan untuk meningkatkan distribusi demi menjangkau konsumen yang lebih luas sehingga dapat meningkatkan pendapatan ke depan per bulan berkisar Rp800 juta hingga Rp1 miliar," ungkap Rini.
Stasiun pengisian baru ini memiliki kapasitas produksi dan penyimpanan yang lebih besar, sehingga proses produksi menjadi lebih efisien dan lancar.
Kinerja Keuangan dan Prospek Ke Depan
Kinerja keuangan SBMA juga menunjukkan tren positif. Laba kotor meningkat 11,24 persen (yoy) menjadi Rp15,05 miliar, sementara laba neto tahun berjalan per 31 Maret 2025 mencapai Rp1,97 miliar. Perseroan juga berhasil menurunkan liabilitas sebesar 3,72 persen (yoy) menjadi Rp59,76 miliar dan meningkatkan ekuitas sebesar 0,87 persen menjadi Rp229,87 miliar. Total aset secara keseluruhan mencapai Rp289,64 miliar.
SBMA optimistis prospek usaha tetap positif, seiring dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur di Indonesia Timur, khususnya di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Peningkatan pembangunan ini mendorong pertumbuhan sektor industri yang berkontribusi langsung terhadap meningkatnya permintaan gas industri. Dengan adanya ekspansi proyek-proyek strategis di sektor manufaktur, konstruksi, dan energi, SBMA memiliki peluang untuk memperluas pangsa pasar dan meningkatkan volume penjualan.
Pada tahun 2025, SBMA menargetkan peningkatan pangsa pasar, ekspansi layanan, serta optimalisasi kinerja keuangan dan operasional. Strategi ekspansi bisnis, inovasi produk, dan penguatan layanan akan terus dilakukan untuk meningkatkan daya saing di industri.
"Dari segi keuangan, perseroan menunjukkan pertumbuhan yang positif, didukung oleh peningkatan pendapatan," ujar Rini. "Target utama yang ingin dicapai perseroan pada 2025 meliputi peningkatan pangsa pasar, ekspansi layanan, serta optimalisasi kinerja keuangan dan operasional," tambahnya.