Tahukah Anda? Kotoran Sapi Jadi Energi Terbarukan, Wamentan Ajak Pelaku Usaha Manfaatkan Limbah Ternak
Wamentan ajak pelaku usaha manfaatkan kotoran sapi jadi energi terbarukan. Fasilitas biogas terbesar di Indonesia buktikan limbah ternak punya nilai ekonomi tinggi.

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengajak pelaku usaha peternakan di Indonesia. Ajakan ini untuk memanfaatkan limbah kotoran sapi menjadi energi terbarukan. Inisiatif ini disampaikan saat meninjau fasilitas biogas di Blitar, Jawa Timur.
Fasilitas milik PT Greenfields Dairy Indonesia tersebut menjadi percontohan. Kotoran sapi yang selama ini dianggap masalah dapat diolah. Hasilnya adalah sumber energi bersih dan bernilai ekonomi tinggi.
Model pengolahan limbah ini diharapkan dapat direplikasi di seluruh Indonesia. Tujuannya untuk mendukung transformasi pertanian modern dan berkelanjutan. Hal ini juga berkontribusi pada ketahanan pangan dan energi nasional.
Inovasi Pengolahan Limbah Kotoran Sapi Terbesar di Indonesia
Fasilitas biogas PT Greenfields Dairy Indonesia di Blitar, Jawa Timur, kini menjadi yang terbesar di sektor peternakan sapi perah nasional. Dengan kapasitas mencapai 12.000 meter kubik, fasilitas ini mampu mengolah limbah dari sekitar 10.000 ekor sapi setiap hari. Ini menunjukkan potensi besar dalam penanganan limbah peternakan.
Limbah kotoran sapi, atau yang dikenal sebagai "letong," tidak lagi menjadi masalah lingkungan. Melalui proses fermentasi dan pengolahan, limbah ini diubah menjadi biogas. Biogas yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pembangkit listrik dan memenuhi kebutuhan energi rumah tangga.
Wamentan Sudaryono, atau Mas Dar, menekankan bahwa limbah tidak hanya menghasilkan biogas. Limbah yang telah diolah juga diproses menjadi pupuk organik dan bahan kandang. Kedua produk ini memiliki nilai jual yang signifikan, menambah nilai ekonomi dari sektor peternakan.
Mas Dar berharap model pengelolaan limbah terpadu seperti yang diterapkan Greenfields dapat direplikasi. Ia mengajak semua pihak untuk terus berkolaborasi dan berinovasi. Tujuannya demi mewujudkan pertanian yang efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan.
Dukungan untuk Ketahanan Pangan dan Energi Nasional
Selain fokus pada energi, Wamentan Mas Dar juga menyoroti pentingnya industri susu lokal. Industri ini diharapkan dapat mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menargetkan 82,9 juta siswa di seluruh Indonesia. Produksi susu dalam negeri harus digenjot untuk mengurangi ketergantungan pada impor.
Mas Dar menegaskan bahwa susu yang dikonsumsi anak-anak Indonesia seharusnya adalah produk lokal. Ia mendorong kemitraan erat antara peternak rakyat dan industri pengolahan susu. Kemitraan seperti yang sudah dibuktikan Greenfields di Blitar, Malang, dan Pasuruan diharapkan dapat meningkatkan produksi susu nasional seiring dengan naiknya konsumsi.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda, menyambut baik inisiatif ini. Menurutnya, pengelolaan limbah peternakan yang terintegrasi dengan energi terbarukan sejalan dengan kebijakan pembangunan peternakan berkelanjutan. Ini adalah langkah penting menuju peternakan yang hijau, modern, dan bernilai ekonomi tinggi.
CEO Greenfields Indonesia, Akhil Chandra, menegaskan komitmen perusahaannya. Mereka akan terus mengembangkan produksi susu secara bertanggung jawab terhadap lingkungan. Fasilitas biogas ini memperkuat komitmen Greenfields dalam memanfaatkan limbah peternakan menjadi energi terbarukan.