Tahukah Anda Mengapa Gempa Sulteng M 6,0 di Poso Hanya Rusak Ringan? Ini Penjelasan BMKG
BPBD Sulteng melaporkan tiga rumah rusak akibat Gempa Sulteng berkekuatan M 6,0 di Poso. Mengapa dampaknya tidak parah dan apa kata BMKG?

Sebuah peristiwa alam kembali mengguncang wilayah Sulawesi Tengah. Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,0 melanda Kabupaten Poso pada Kamis malam, tepatnya pukul 21.06 WITA.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Tengah segera melaporkan dampak awal dari guncangan ini. Meskipun cukup kuat, gempa tersebut dilaporkan hanya menyebabkan kerusakan ringan pada tiga unit rumah warga.
Pusat gempa berada di darat dengan kedalaman 10 kilometer, menjadikannya gempa dangkal. Meski demikian, BMKG memastikan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami, memberikan sedikit kelegaan bagi masyarakat setempat.
Dampak Awal dan Respons BPBD
Kepala BPBD Sulawesi Tengah, Akris Fattah Yunus, mengungkapkan bahwa data awal menunjukkan tiga rumah warga di Kecamatan Pamona Tenggara, Pamona Selatan, dan Tindoli mengalami kerusakan ringan. Kerusakan tersebut umumnya berupa dinding rumah yang jebol akibat kuatnya guncangan Gempa Sulteng.
Meskipun ada kerusakan material, Akris Fattah Yunus menegaskan bahwa tidak ada laporan korban jiwa akibat peristiwa ini. Namun, masyarakat di wilayah terdampak masih enggan kembali ke dalam rumah mereka karena kekhawatiran akan gempa susulan yang masih sering terjadi.
Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Sulawesi Tengah segera bergerak cepat melakukan asesmen lapangan untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan komprehensif. Koordinasi intensif juga dilakukan dengan BPBD Kabupaten Poso serta pemerintah desa setempat guna memastikan semua informasi terkini dapat terhimpun dengan baik.
BPBD terus memantau situasi dan mengimbau masyarakat untuk tetap tenang. Mereka juga diminta tidak panik, namun tetap waspada terhadap informasi resmi dari pihak berwenang mengenai Gempa Sulteng ini.
Analisis BMKG dan Sebaran Guncangan
Berdasarkan pemantauan BMKG, pusat Gempa Sulteng berada pada koordinat 2,01 derajat Lintang Selatan dan 120,78 derajat Bujur Timur. Lokasi ini menunjukkan bahwa gempa berpusat di darat dengan kedalaman yang relatif dangkal, yakni 10 kilometer.
Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini memiliki pergerakan geser atau strike-slip. Karakteristik ini penting dalam memahami bagaimana energi gempa dilepaskan dan menyebar.
Guncangan Gempa Sulteng dirasakan di berbagai daerah dengan intensitas yang bervariasi. Di Poso, Kolonodale Kabupaten Morowali Utara, dan Mangkutana, guncangan mencapai skala intensitas IV - V MMI, yang berarti getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk.
Sementara itu, wilayah seperti Palopo, Toraja, Mappadeceng Sulawesi Selatan, dan Bungku Kabupaten Morowali merasakan guncangan dengan skala intensitas III-IV MMI. Di Kota Palu, guncangan berada pada skala II - III MMI, di mana getaran dirasakan oleh beberapa orang dan benda ringan bergoyang. Bahkan, Mamuju, Malunda, dan Pasangkayu Sulawesi Barat juga merasakan guncangan dengan skala intensitas III MMI.