Tanam Raya: Pacu Produksi Pangan dan Kesejahteraan Petani Indonesia
Presiden Prabowo Subianto pimpin tanam raya serentak di 160 kabupaten, dorong produksi pangan nasional dan kesejahteraan petani melalui teknologi modern dan kebijakan harga.

Presiden Prabowo Subianto memimpin gerakan tanam padi serentak di Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, sebagai langkah strategis pemerintah memperkuat ketahanan pangan nasional. Kegiatan ini melibatkan teknologi modern seperti drone dan menandai komitmen tinggi pemerintah terhadap sektor pertanian. Gerakan tanam raya ini dilakukan di 160 kabupaten di seluruh Indonesia, membutuhkan koordinasi lintas sektor dan partisipasi aktif dari berbagai pihak.
Target luas tanam pada April 2025 mencapai 1,3 juta hektare dengan estimasi produksi 7,5 juta ton gabah (setara 3,5-4 juta ton beras). Capaian ini menunjukkan ambisi pemerintah untuk meningkatkan kemandirian pangan Indonesia. Serapan beras Perum Bulog juga mencapai titik tertinggi dalam satu dekade terakhir, mencapai 3 juta ton, menjamin stabilitas harga dan ketenangan masyarakat.
Tanam raya bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan pendekatan sistemik untuk meningkatkan efisiensi, menekan serangan hama penyakit, dan mendongkrak produktivitas pertanian. Kehadiran Presiden dan menteri di lapangan menunjukkan kepedulian nyata terhadap petani, melampaui kebijakan di atas kertas.
Menuju Swasembada Beras yang Berkelanjutan
Meskipun capaian produksi beras membanggakan, pertanyaan penting muncul: apakah Indonesia telah memiliki grand desain swasembada beras yang juga menyejahterakan petani? Peningkatan produksi belum tentu berbanding lurus dengan kesejahteraan petani; harga jual gabah di tingkat petani menjadi faktor krusial.
Kebijakan satu harga pembelian gabah oleh pemerintah, meskipun tanpa detail teknis, menjadi angin segar bagi petani. Hal ini menunjukkan keberpihakan pemerintah dan memberi harapan akan peningkatan kesejahteraan petani. Dengan stok beras pemerintah melimpah dan rencana penghentian impor beras konsumsi mulai 2025, Indonesia tampaknya siap memasuki era swasembada beras.
Namun, tantangan terbesar adalah memastikan keberlanjutan swasembada ini. Indonesia perlu membangun sistem yang kokoh, tahan terhadap dinamika cuaca, krisis iklim, dan gejolak pasar global. Swasembada beras yang berkelanjutan, bukan hanya tren sesaat, menjadi tujuan utama.
Transformasi Sistem Produksi Pangan
Tanam raya yang dipimpin Presiden merupakan sinyal kuat pemerintah untuk mencapai swasembada jangka panjang. Ini bukan sekadar simbolis, melainkan transformasi menyeluruh dalam sistem produksi pangan. Target 7,5 juta ton gabah telah ditetapkan, namun keberhasilannya juga bergantung pada faktor cuaca.
Suksesnya program ini akan berdampak besar pada ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Swasembada beras bukan lagi mimpi, melainkan janji bersama yang harus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang. Ini adalah momentum untuk membuktikan bahwa Indonesia mampu meningkatkan produksi dan mewujudkan keadilan bagi para petani.
Keberhasilan tanam raya ini akan menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam membangun sistem pertanian yang berkelanjutan dan berkeadilan, memastikan ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan petani Indonesia. Semoga upaya ini menjadi tonggak sejarah menuju swasembada beras yang permanen dan berkelanjutan.