Target Eliminasi Malaria di Teluk Bintuni Tahun 2026: Inovasi EDAT Jadi Kunci
Dinas Kesehatan Teluk Bintuni, Papua Barat, optimistis dapat eliminasi malaria pada 2026 melalui inovasi EDAT, dengan 119 kampung telah dinyatakan bebas malaria di tahun 2023.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat, menetapkan target ambisius: eliminasi malaria pada tahun 2026. Upaya ini melibatkan strategi inovatif early diagnosis and treatment (EDAT) yang diterapkan secara bertahap, dimulai dari tingkat kampung hingga distrik. Kepala Dinkes Teluk Bintuni, Franky Mobilala, mengungkapkan optimisme ini dalam wawancara di Manokwari pada Rabu lalu.
Strategi EDAT yang diimplementasikan oleh Dinkes Teluk Bintuni berfokus pada deteksi dan pengobatan dini penyakit malaria. Program ini secara sistematis menjangkau seluruh wilayah, dengan prioritas pada daerah perkampungan. Hasilnya pun cukup signifikan; pada tahun 2023, sebanyak 119 kampung di Teluk Bintuni telah dinyatakan bebas dari penyakit ini.
Keberhasilan program ini tak lepas dari dukungan sumber daya manusia yang memadai, ketersediaan obat-obatan, dan anggaran operasional yang cukup untuk menjangkau wilayah-wilayah terpencil secara bertahap. Dinkes Teluk Bintuni berkomitmen untuk terus meningkatkan cakupan program EDAT untuk mencapai target eliminasi malaria di seluruh wilayah kabupaten.
Strategi EDAT dan Capaian Program Eliminasi Malaria
Penerapan metode EDAT dalam program eliminasi malaria di Teluk Bintuni menunjukkan hasil yang progresif. Pada tahun 2023, sebanyak 119 kampung telah berhasil bebas dari malaria. Pada tahun 2024, fokus program bergeser ke tingkat distrik, dengan target 17 dari 24 distrik di Teluk Bintuni. Evaluasi program eliminasi malaria tahun 2024 sedang berlangsung, dan diperkirakan jumlah kampung bebas malaria akan meningkat.
Selain strategi EDAT, edukasi dan sosialisasi mengenai pola hidup sehat juga menjadi kunci keberhasilan program ini. Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan malaria sangat krusial dalam memutus rantai penularan penyakit tersebut. Dengan demikian, masyarakat dapat berperan aktif dalam menjaga kesehatan diri dan lingkungan sekitar.
Meskipun terdapat peningkatan kasus malaria dari 327 kasus pada tahun 2023 menjadi 331 kasus pada tahun 2024, jumlah kasus tersebut menurun drastis menjadi 174 kasus pada April 2025. Hal ini menunjukkan bahwa program EDAT telah berhasil mengendalikan penyebaran malaria di Teluk Bintuni.
Tantangan dan Dukungan dalam Program Eliminasi Malaria
Sebelum program EDAT diterapkan, angka kejadian malaria di Teluk Bintuni sangat tinggi, mencapai 100 persen per 1.000 penduduk. Namun, berkat program EDAT dan upaya peningkatan akses layanan kesehatan, angka tersebut berhasil ditekan secara signifikan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan pemeriksaan malaria sebanyak 16.255 jiwa di Teluk Bintuni. Namun, capaian tahun 2024 melampaui target tersebut, dengan 20.854 jiwa telah diperiksa. Hingga April 2025, sudah ada 3.159 jiwa yang telah diperiksa.
Meskipun telah menunjukkan kemajuan signifikan, masih terdapat tantangan dalam upaya eliminasi malaria di Teluk Bintuni. Akses ke daerah terpencil dan keterbatasan infrastruktur masih menjadi kendala. Namun, dengan komitmen yang kuat dari Dinkes Teluk Bintuni dan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan target eliminasi malaria pada tahun 2026 dapat tercapai.
Keberhasilan program ini juga bergantung pada partisipasi aktif masyarakat. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pencegahan malaria, serta kepatuhan terhadap anjuran kesehatan, sangat penting untuk mendukung keberhasilan program eliminasi malaria di Teluk Bintuni.
Dengan strategi EDAT yang terintegrasi dan komitmen yang kuat dari berbagai pihak, Teluk Bintuni semakin dekat untuk mencapai target eliminasi malaria di tahun 2026. Keberhasilan ini akan menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia dalam upaya pemberantasan penyakit menular.