Sukses Tekan Malaria, Teluk Bintuni Terapkan Program EDAT Inovatif
Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, berhasil menurunkan angka kejadian malaria secara signifikan berkat program EDAT yang inovatif, dengan melibatkan kader kesehatan di setiap kampung.

Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, telah menunjukkan keberhasilan luar biasa dalam menekan angka penularan penyakit malaria. Hal ini dicapai melalui penerapan program inovasi early diagnosis and treatment (EDAT) yang digagas oleh Dinas Kesehatan setempat. Program ini tidak hanya fokus pada pengobatan, tetapi juga melibatkan edukasi masyarakat dan pemberdayaan kader kesehatan di tingkat kampung.
Dinas Kesehatan Teluk Bintuni, di bawah kepemimpinan Franky Mobilala, berhasil menurunkan angka kejadian malaria secara drastis. Sebelum program EDAT diterapkan, angka kejadian malaria di Bintuni mencapai 100 persen per 1.000 penduduk. Angka ini menunjukkan tingginya prevalensi malaria di wilayah tersebut. Namun, dengan strategi yang tepat dan komprehensif, program EDAT berhasil mengubah keadaan ini secara signifikan.
Keberhasilan program EDAT ini tidak terlepas dari tiga faktor kunci: sumber daya manusia yang kompeten, ketersediaan logistik yang memadai, dan kecukupan biaya operasional hingga ke tingkat kampung. Kombinasi ketiga faktor ini menjadi kunci keberhasilan dalam menjangkau seluruh wilayah dan memastikan akses layanan kesehatan yang merata.
Optimalisasi Program EDAT di Teluk Bintuni
Program EDAT di Teluk Bintuni dijalankan dengan pendekatan yang komprehensif. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan malaria dari rumah ke rumah. Apabila ditemukan anggota keluarga yang terinfeksi, mereka langsung diberikan pengobatan dan kelambu antimalaria. Strategi ini terbukti efektif dalam memutus rantai penularan penyakit.
Salah satu kunci keberhasilan program ini adalah pembentukan kader malaria di setiap kampung. Sebelumnya, banyak kampung yang kekurangan tenaga medis. Dengan adanya kader malaria, akses layanan kesehatan menjadi lebih mudah dijangkau oleh masyarakat, terutama di daerah terpencil. Kader-kader ini berperan penting dalam mendeteksi dini kasus malaria dan memberikan pengobatan awal.
Program EDAT juga menekankan pentingnya edukasi kesehatan kepada masyarakat. Edukasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan mencegah penularan malaria. Dengan edukasi yang intensif, masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam upaya pencegahan penyakit.
Capaian dan Target Program EDAT
Berkat program EDAT, Teluk Bintuni telah mencatatkan prestasi yang membanggakan. Pada tahun 2023, angka kejadian malaria (API) mencapai 4,36 persen per 1.000 penduduk. Angka ini turun menjadi 3,63 persen pada tahun 2024, dan terus menurun hingga mencapai 1,89 persen pada awal tahun 2025. Bahkan, Teluk Bintuni pernah mencapai API 0,3 persen per 1.000 penduduk.
Pada tahun 2023, sebanyak 119 kampung di Teluk Bintuni telah dinyatakan bebas malaria. Keberhasilan ini menjadi bukti nyata efektivitas program EDAT. Target selanjutnya adalah eliminasi malaria di tingkat distrik atau kecamatan. Diharapkan pada tahun 2025, sebanyak 17 dari 24 distrik di Kabupaten Teluk Bintuni akan terbebas dari malaria.
Meskipun telah menunjukkan hasil yang signifikan, program EDAT terus ditingkatkan dan dikembangkan. Jumlah kasus positif malaria di Teluk Bintuni hingga April 2025 tercatat sebanyak 174 kasus, menurun drastis dibandingkan tahun 2024 yang mencapai 331 kasus. Ini membuktikan konsistensi dan efektivitas program dalam menekan angka penularan.
Kepala Dinkes Teluk Bintuni, Franky Mobilala, menekankan pentingnya edukasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan sebagai upaya pencegahan malaria. "Selain tindakan penemuan kasus dan pengobatan, edukasi ke masyarakat merupakan hal yang paling penting agar bisa menjaga kebersihan lingkungan," ujarnya.
Program EDAT di Teluk Bintuni menjadi contoh sukses penerapan inovasi dalam pengendalian penyakit malaria. Dengan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan, diharapkan program ini dapat terus memberikan dampak positif bagi masyarakat dan menjadikan Teluk Bintuni sebagai wilayah yang bebas dari penyakit malaria.