Telkom Disarankan Tingkatkan Transparansi untuk Dongkrak Nilai Saham
Analis menyarankan PT Telkom Indonesia Tbk untuk meningkatkan transparansi data operasional guna mendorong peningkatan nilai saham yang dinilai undervalue di tengah kinerja keuangan positif.

Jakarta, 11 Mei 2025 - PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau TLKM mencatatkan kinerja keuangan positif pada kuartal I-2025, dengan pendapatan konsolidasi mencapai Rp36,6 triliun dan laba bersih Rp5,8 triliun. Namun, nilai saham TLKM justru stagnan di level Rp2.600. Badiul Hadi, Manager Riset dari Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), melihat adanya ketidaksesuaian antara kinerja keuangan yang baik dengan respon pasar yang kurang antusias. Ia menyarankan peningkatan transparansi sebagai solusi untuk mendorong kenaikan nilai saham TLKM.
Stagnasi saham TLKM diduga disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya prospek pertumbuhan yang kurang signifikan dalam waktu dekat, sentimen negatif terhadap sektor telekomunikasi, dan kurangnya kepastian arah bisnis serta kepemimpinan direksi. Menurut Badi, kurangnya transparansi data operasional turut memperparah situasi ini. Ia menekankan pentingnya keterbukaan informasi untuk memberikan gambaran yang lebih jelas kepada publik dan investor.
Meskipun Telkom telah merilis data pelanggan IndiHome dan jumlah Base Transceiver Station (BTS), informasi krusial seperti churn rate (tingkat pelanggan yang berhenti berlangganan) dan jumlah BTS yang tidak beroperasi masih belum diungkapkan. Hal ini membuat publik kesulitan menilai kualitas layanan dan efisiensi operasional perusahaan secara komprehensif. Keterbukaan data operasional dinilai penting untuk membantu pasar menilai kinerja perusahaan secara objektif dan mendorong kepercayaan investor.
Transparansi Data Operasional: Kunci Peningkatan Nilai Saham TLKM
Badiul Hadi menyarankan Telkom untuk meningkatkan transparansi data operasional, terutama terkait IndiHome. Data jumlah pelanggan saja tidak cukup; informasi mengenai churn rate sangat penting untuk menilai loyalitas pelanggan dan kualitas layanan. Dengan demikian, investor dapat menilai secara lebih akurat prospek bisnis Telkom di masa depan.
Selain data pelanggan IndiHome, transparansi juga perlu ditingkatkan pada data infrastruktur. Telkom perlu mengungkapkan tidak hanya jumlah BTS yang dimiliki, tetapi juga jumlah BTS yang tidak beroperasi atau mengalami gangguan. Hal ini akan memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai efisiensi dan efektivitas infrastruktur Telkom.
Menurut Badi, laporan keuangan yang baik harus diimbangi dengan transparansi data operasional. Dengan demikian, pasar dapat menilai secara komprehensif efisiensi dan efektivitas perusahaan. Keterbukaan informasi ini akan meningkatkan kepercayaan investor dan pada akhirnya mendorong peningkatan nilai saham TLKM.
Analisis Kinerja Keuangan dan Valuasi Saham TLKM
Telkom membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp36,6 triliun dan EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) sebesar Rp18,2 triliun dengan margin 49,8 persen pada kuartal I-2025. Laba bersih tercatat sebesar Rp5,8 triliun dengan margin 15,9 persen. Meskipun kinerja keuangan positif, saham TLKM tetap stagnan. Badi menilai saham TLKM saat ini undervalue dengan EV/EBITDA sekitar 3,8x, di bawah rata-rata historis 5 tahun sekitar 5,2x (tahun fiskal Maret 2020 hingga 2024).
Rendahnya valuasi saham TLKM ini menunjukkan potensi kenaikan harga saham. Namun, kurangnya transparansi dan sentimen negatif pasar menghambat potensi tersebut. Peningkatan transparansi diharapkan dapat memperbaiki persepsi pasar dan mendorong investor untuk lebih optimis terhadap prospek TLKM.
Dengan transparansi yang lebih baik, investor dapat memiliki keyakinan yang lebih tinggi terhadap kinerja dan prospek perusahaan. Hal ini akan berdampak positif pada nilai saham TLKM di pasar.
Secara keseluruhan, saran Badiul Hadi untuk meningkatkan transparansi data operasional merupakan langkah strategis bagi Telkom untuk meningkatkan nilai sahamnya. Keterbukaan informasi akan membangun kepercayaan investor dan mendorong pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. Hal ini sangat penting dalam meningkatkan daya saing Telkom di tengah persaingan industri telekomunikasi yang semakin ketat.