Tembus 1,1 Juta Pengguna, QRIS di Riau Kian Dominan dalam Transaksi Digital
Bank Indonesia mencatat 1,1 juta pengguna QRIS di Riau, menunjukkan pertumbuhan pesat transaksi digital. Simak inovasi QRIS Tap yang semakin mempermudah pembayaran di Bumi Lancang Kuning.

Pekanbaru, Riau – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Riau mencatat lonjakan signifikan dalam penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di wilayahnya. Hingga saat ini, sebanyak 1,1 juta masyarakat Riau telah aktif menggunakan QRIS untuk berbagai transaksi keuangan. Angka ini menunjukkan pertumbuhan impresif sebesar 19 persen secara tahunan, mengukuhkan posisi Riau sebagai salah satu daerah dengan adopsi pembayaran digital yang tinggi.
Kepala Perwakilan BI Riau, Panji Ahmad, mengungkapkan realisasi perluasan penggunaan QRIS telah melampaui 800 persen. Hal ini disampaikan dalam acara Riau Economic Forum yang berlangsung di Pekanbaru pada Jumat (8/8). Peningkatan jumlah pengguna dan transaksi ini menjadi bukti nyata keberhasilan upaya BI dalam mendorong inklusi keuangan digital di provinsi tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, BI juga meluncurkan fitur inovatif QRIS Tap yang memanfaatkan teknologi Near Field Communication (NFC). Fitur ini memungkinkan transaksi pembayaran yang lebih cepat dan mudah, hanya dengan menempelkan perangkat ke mesin pembaca. QRIS Tap sendiri telah diluncurkan secara nasional pada Maret 2025, menandai komitmen BI dalam menghadirkan kemudahan bertransaksi bagi masyarakat.
Perkembangan Pesat Penggunaan QRIS di Riau
Panji Ahmad menegaskan bahwa perluasan penggunaan QRIS di Riau telah mencapai realisasi yang luar biasa, yakni lebih dari 800 persen. Pertumbuhan pengguna yang mencapai 1,1 juta orang dengan kenaikan hampir 19 persen secara tahunan (year on year) menunjukkan antusiasme masyarakat. Data ini menggarisbawahi efektivitas strategi Bank Indonesia dalam mempercepat adopsi pembayaran digital di seluruh lapisan masyarakat Riau.
Inovasi terbaru, QRIS Tap, diperkenalkan untuk semakin mempermudah proses transaksi. Dengan teknologi NFC, pengguna hanya perlu menempelkan perangkat mereka pada terminal pembayaran. Fitur ini diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan serta kecepatan dalam bertransaksi, sejalan dengan gaya hidup modern yang serba cepat. Peluncuran ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk menciptakan ekosistem pembayaran digital yang lebih efisien dan inklusif.
Potensi Ekonomi dan Investasi Riau yang Menjanjikan
Secara ekonomi, Provinsi Riau memiliki posisi yang sangat strategis, membentang dari lereng Bukit Barisan hingga Selat Malaka. Karakteristik geografis ini memberikan keuntungan signifikan bagi aktivitas pelabuhan dan perdagangan. Riau juga diberkahi dengan bonus demografi yang substansial, di mana 65 persen penduduknya berada pada usia produktif, menjadi modal besar bagi pembangunan ekonomi daerah.
Pertumbuhan ekonomi Riau tercatat sebesar 4,59 persen secara tahunan, sebuah capaian yang patut diapresiasi. Kinerja ini menjadikan Riau sebagai provinsi dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terbesar keenam di Indonesia dan terbesar kedua di luar Pulau Jawa. Hingga Juni, investasi di Riau telah mencapai hampir Rp13 triliun, menempatkannya sebagai yang terbesar di Sumatera dan kesembilan secara nasional, menunjukkan daya tarik investasi yang kuat.
Tantangan dan Strategi Pembangunan Ekonomi Riau
Meskipun pertumbuhan ekonomi dan investasi menunjukkan tren positif, Riau masih menghadapi tantangan tertentu, terutama terkait inflasi dan ketergantungan pangan. Inflasi di Riau relatif stabil dan terkendali, namun ketergantungan pada pasokan pangan dari luar daerah, seperti cabai dan sayuran dari Sumatera Barat, masih menjadi perhatian utama. Pemerintah daerah terus berupaya mencari solusi untuk mencapai swasembada pangan.
Gubernur Riau, Abdul Wahid, menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi daerahnya ditopang oleh tiga sektor utama: minyak bumi dan gas, perkebunan sawit, serta industri bubur kertas. Untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan ini, hilirisasi maksimal menjadi kunci. Pemerintah Riau berfokus pada pengembangan tiga koridor ekonomi, yaitu koridor utara, selatan, dan tengah, untuk mendukung proses hilirisasi dan mendorong diversifikasi ekonomi secara menyeluruh.