Terbaru: Badan Geologi Catat 15 Kali Gempa Vulkanik dalam di Gunung Ruang, Indikasi Magma Naik?
Aktivitas Gunung Ruang kembali jadi sorotan! Badan Geologi mencatat 15 kali gempa vulkanik dalam di Gunung Ruang, mengindikasikan pergerakan magma. Apa artinya bagi status gunung ini?

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan adanya peningkatan aktivitas seismik di Gunung Ruang, yang terletak di Pulau Ruang, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara. Tercatat sebanyak 15 kali gempa vulkanik dalam terjadi di gunung api tersebut sepanjang periode 1 hingga 15 Juli 2025. Fenomena ini menarik perhatian karena seringkali menjadi indikator penting bagi pergerakan magma di bawah permukaan.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid AN, menjelaskan bahwa kemunculan gempa vulkanik dalam umumnya berkaitan erat dengan migrasi magma atau pergerakan magma menuju ke permukaan. Selain gempa vulkanik dalam, periode yang sama juga merekam satu kali gempa vulkanik dangkal, dua kali gempa tektonik lokal, serta 50 kali gempa tektonik jauh. Data ini memberikan gambaran komprehensif mengenai dinamika geologi di sekitar Gunung Ruang.
Meskipun jumlah kegempaan Gunung Ruang telah jauh menurun dibandingkan dengan puncaknya pada April-Mei 2024, di mana gempa vulkanik mencapai kisaran 1-3 per hari, aktivitas gunung ini belum sepenuhnya kembali normal. Secara visual, asap kawah utama masih teramati berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal, mencapai ketinggian sekitar 50 hingga 100 meter dari puncak. Pemantauan terus dilakukan untuk memastikan keselamatan masyarakat.
Peningkatan Aktivitas Seismik dan Indikasi Magma
Pencatatan gempa vulkanik dalam yang signifikan di Gunung Ruang menjadi perhatian utama para ahli geologi. Gempa jenis ini, seperti yang dijelaskan oleh Muhammad Wafid AN, merupakan sinyal kuat adanya pergerakan massa batuan cair atau magma di kedalaman gunung. Ini bisa berarti magma sedang mencari jalur untuk naik, meskipun tidak selalu berujung pada erupsi besar.
Data seismik menunjukkan pola yang berbeda dibandingkan beberapa bulan sebelumnya. Pada April dan Mei 2024, intensitas gempa vulkanik jauh lebih tinggi, mengindikasikan fase aktivitas yang lebih kuat. Penurunan jumlah gempa saat ini menunjukkan bahwa fase krisis mungkin telah terlewati, namun kemunculan kembali gempa vulkanik dalam tetap memerlukan kewaspadaan tinggi.
Selain gempa vulkanik dalam, tercatat pula gempa vulkanik dangkal dan gempa tektonik lokal serta jauh. Gempa vulkanik dangkal menunjukkan pergerakan fluida di dekat permukaan, sementara gempa tektonik berkaitan dengan patahan batuan. Kombinasi jenis gempa ini memberikan gambaran lengkap mengenai tekanan dan pergerakan di dalam tubuh Gunung Ruang.
Tantangan Pemantauan dan Perbaikan Infrastruktur
Pemantauan aktivitas Gunung Ruang sempat menghadapi kendala serius akibat kerusakan infrastruktur. Erupsi pada tanggal 17 April 2024 dan 30 April 2024 menyebabkan kerusakan parah pada stasiun RUA3, yang berlokasi hanya 1,5 kilometer dari kawah aktif. Hal ini menghambat pengiriman data seismik secara optimal, menyulitkan analisis kondisi gunung.
Menyikapi kondisi tersebut, pada tanggal 3 Mei 2024, pemasangan peralatan pemantauan baru dilakukan di Pulau Ruang, yaitu stasiun RUA4, berjarak dua kilometer dari kawah aktif. Namun, tantangan kembali muncul ketika pada 14 Maret 2025, stasiun RUA4 dihantam banjir, mengakibatkan hilangnya seismometer dan rusaknya antena. Akibatnya, periode 14 hingga 31 Maret 2025 tidak ada rekaman seismik dari Gunung Ruang.
Untuk mengatasi kekosongan data, sejak 2 April 2025, data seismik Gunung Ruang mengacu pada stasiun TALI (RUA2) yang berlokasi di bukit belakang Pos Pengamatan Gunung Api (PGA). Kementerian ESDM kemudian melakukan upaya perbaikan stasiun RUA3 pada tanggal 3 Juli 2025, dan sejak 4 Juli 2025, stasiun RUA3 telah beroperasi kembali, memungkinkan pemantauan yang lebih akurat dan komprehensif.
Potensi Bahaya dan Status Terkini Gunung Ruang
Meskipun aktivitas kegempaan telah menurun, potensi bahaya dari Gunung Ruang masih tetap ada dan perlu diwaspadai. Muhammad Wafid menyebutkan bahwa potensi bahaya saat ini berupa erupsi yang dapat menghasilkan lontaran material pijar, yang berisiko bagi area sekitar kawah. Selain itu, paparan abu vulkanik juga menjadi ancaman, dengan sebaran yang sangat bergantung pada arah dan kecepatan angin.
Ancaman lain yang perlu diantisipasi adalah lahar, terutama jika hujan deras turun di sekitar lereng Gunung Ruang. Material vulkanik lepas yang menumpuk di lereng dapat terbawa air hujan membentuk aliran lahar dingin yang berbahaya bagi permukiman di bawahnya. Oleh karena itu, masyarakat di sekitar area rawan diimbau untuk selalu siap siaga dan mengikuti arahan dari pihak berwenang.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah mengumumkan penurunan status aktivitas vulkanik Gunung Ruang dari siaga menjadi waspada pada tanggal 18 Mei 2024. Penurunan status ini didasarkan pada analisis data seismik dan visual yang menunjukkan penurunan intensitas aktivitas. Namun, status waspada tetap mengindikasikan bahwa gunung api ini masih memiliki potensi bahaya dan memerlukan pengawasan ketat.