Tradisi Ayak Abu Jelang Imlek di Tulungagung: Sucikan Diri dan Sambut Keberuntungan
Warga Tionghoa Tulungagung menggelar tradisi ayak abu menjelang Imlek sebagai ritual menyucikan diri dan lingkungan, membersihkan energi negatif untuk menyambut keberuntungan tahun baru.
Jelang Tahun Baru Imlek, warga keturunan Tionghoa di Tulungagung, Jawa Timur, melaksanakan tradisi unik bernama ayak abu. Ritual ini dilakukan pada Jumat, 24 Januari 2024, di Kompleks Klenteng TITD Tjoe Tik Kiong. Tradisi ini membersihkan sisa abu dupa dan lilin dari altar leluhur, tempat ibadah, dan rumah-rumah warga.
Menurut Ketua Bioma Tempat Ibadah Tri Dharma (TOTD) Tjoe Tik Kiong, Tjio Jing Jing, ayak abu merupakan ritual menyucikan diri dan lingkungan. Lebih dari sekadar membersihkan fisik, tradisi ini diyakini membersihkan energi negatif yang menempel sepanjang tahun, menyambut datangnya keberuntungan di tahun baru Imlek. "Kalau tujuannya untuk bersih-bersih. Kalau dewa sudah naik ke nirwana, kita baru bersih-bersih," jelas Tjio Jing Jing.
Tradisi ayak abu dilakukan setelah para dewa dianggap kembali ke nirwana. Selain ayak abu, warga juga membersihkan rumah, altar, dan patung dewa-dewi. Semua ini merupakan simbol untuk menyambut keberkahan di tahun baru. Kegiatan ini biasanya diiringi doa bersama, pemasangan dekorasi merah, dan pembagian angpao sebagai simbol berbagi kebahagiaan.
Di Klenteng Tjoe Tik Kiong sendiri, terdapat 12 altar yang dibersihkan abunya. Abu dupa yang halus dikumpulkan kembali, sementara sisa batang dupa dibuang. Uniknya, sebagian warga percaya abu dupa dapat digunakan untuk pengobatan, namun hal ini memerlukan izin dari para dewa terlebih dahulu. "Izin dewa diperlukan. Jika dewa mengizinkan dan yang meminta yakin, abu tersebut bisa digunakan sebagai obat," tambah Tjio Jing Jing.
Tradisi ayak abu telah menjadi agenda tahunan menjelang Imlek. Lebih dari sekadar kegiatan fisik, tradisi ini memiliki makna spiritual yang mendalam. Bagi masyarakat Tionghoa, ayak abu menjadi momentum untuk memperbaiki hubungan dengan keluarga, leluhur, dan lingkungan. Harapannya, melalui tradisi ini, Imlek akan membawa kedamaian, kemakmuran, dan keberuntungan.
Dengan melakukan tradisi ayak abu, warga Tionghoa di Tulungagung berharap tahun baru Imlek akan dipenuhi dengan keberuntungan dan kemakmuran. Mereka percaya bahwa membersihkan energi negatif merupakan langkah penting untuk menyambut tahun baru dengan hati yang bersih dan pikiran yang positif. Ritual ini juga memperkuat ikatan sosial dan spiritual di antara warga.
Tradisi ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya Tionghoa tetap lestari dan diwariskan dari generasi ke generasi. Ayak abu menjadi contoh nyata bagaimana ritual keagamaan dapat dipadukan dengan praktik membersihkan diri dan lingkungan, menciptakan harmoni antara manusia dan alam semesta.