Trivia: Batik Bentuk Karakter, Komisi VII DPR Dorong Pelestarian Batik Laweyan Surakarta
Komisi VII DPR RI menyoroti pentingnya pelestarian Batik Laweyan di Surakarta sebagai identitas bangsa dan penguatan ekonomi lokal, termasuk edukasi sejak dini.

Komisi VII DPR RI melakukan kunjungan kerja ke Kampung Batik Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, pada Sabtu (26/7). Kunjungan ini bertujuan untuk menyoroti pentingnya pelestarian budaya batik sebagai identitas nasional yang harus dijaga.
Ketua Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, menegaskan bahwa batik merupakan salah satu cara Indonesia memperkenalkan diri di kancah internasional. Keberadaan batik telah dikenal luas, bahkan menginspirasi tekstil dan fesyen di berbagai belahan dunia seperti Afrika.
Pihaknya berharap seluruh elemen masyarakat, termasuk pelaku industri batik, dapat berperan aktif dalam melestarikan warisan budaya ini. Komisi VII DPR juga mengapresiasi inisiatif Kampung Batik Laweyan yang telah aktif mengedukasi masyarakat, bahkan sejak usia dini, mengenai seluk-beluk batik.
Pentingnya Pelestarian Budaya Batik
Batik bukan sekadar kain bermotif, melainkan representasi dari identitas dan kekayaan budaya Indonesia yang tak ternilai. Rahayu Saraswati Djojohadikusumo menekankan bahwa pelestarian batik adalah tanggung jawab bersama untuk menjaga warisan leluhur.
Pengakuan batik di kancah global menunjukkan potensi besar yang dimilikinya sebagai duta budaya bangsa. Oleh karena itu, upaya pelestarian harus terus digalakkan agar nilai-nilai dan teknik membatik tidak lekang oleh waktu.
Peran serta aktif dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, pelaku usaha, hingga masyarakat umum, sangat krusial. Kolaborasi ini akan memastikan bahwa batik tetap relevan dan terus berkembang di tengah arus modernisasi.
Inovasi Edukasi di Kampung Batik Laweyan
Kampung Batik Laweyan Surakarta menunjukkan komitmen kuat dalam pelestarian batik melalui pendekatan inovatif. Alpha Febela Priyamono, pegiat batik sekaligus pemilik Batik Mahkota, mengungkapkan visi 'Laweyan Smart Kampung'.
Visi ini mengedepankan pengembangan budaya secara kreatif, inovatif, berbasis teknologi informasi, serta ramah lingkungan. Salah satu program unggulan adalah edukasi batik bagi anak-anak usia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK).
Edukasi ini tidak hanya memperkenalkan teknik membatik, tetapi juga mengintegrasikan tema-tema seperti Aksara Jawa dan Asmaul Husna. Alpha Febela menjelaskan bahwa proses membatik yang membutuhkan kesabaran, konsentrasi, dan ketelitian, secara tidak langsung dapat membentuk karakter positif pada anak-anak.
Dorongan Penguatan Produk Lokal dan Daya Saing
Komisi VII DPR RI juga mendorong pemerintah daerah untuk memperkuat produk lokal dengan keberpihakan yang jelas. Rahayu Saraswati Djojohadikusumo menyarankan agar pemerintah daerah mempertimbangkan penerbitan peraturan daerah (perda).
Perda ini dapat mewajibkan penggunaan bahan baku serat alam lokal dalam produksi tekstil, termasuk batik. Langkah ini diharapkan dapat menciptakan perputaran ekonomi yang lebih kuat di tingkat daerah.
Penguatan produk lokal tidak hanya terbatas pada batik, tetapi juga mencakup tenun dan produk kerajinan lainnya. Dengan demikian, daya saing produk Indonesia di pasar domestik maupun internasional dapat meningkat secara signifikan.