Uniknya Dipanggang Pakai Pasir Panas, Komisi VII Dorong Kacang Sihobuk Mendunia
Komisi VII DPR RI berupaya mendorong kacang Sihobuk, camilan khas Tapanuli Utara yang unik karena dipanggang dengan pasir panas, agar mendunia dan naik kelas.

Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) secara aktif mendorong kacang Sihobuk, sebuah makanan dan oleh-oleh khas dari Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, untuk meraih pengakuan global. Dorongan ini bertujuan agar produk lokal tersebut dapat menembus pasar internasional dan menjadi ikon kuliner dari Indonesia.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Lamhot Sinaga, menyatakan bahwa kacang Sihobuk bukan sekadar camilan biasa. Menurutnya, produk ini telah menjelma menjadi identitas rasa dan budaya yang kuat bagi masyarakat Tapanuli. Potensi besar ini menjadi landasan utama bagi upaya promosi yang lebih luas.
Inisiatif ini muncul seiring dengan kebutuhan untuk mengangkat produk daerah ke panggung yang lebih besar. Dengan kualitas dan pangsa pasar yang sudah baik di tingkat lokal, kini saatnya kacang Sihobuk yang berasal dari Desa Sihobuk ini naik kelas, dipasarkan secara nasional, bahkan hingga ke kancah global.
Identitas dan Kekuatan Cerita Kacang Sihobuk
Lamhot Sinaga menegaskan bahwa kacang Sihobuk adalah sebuah brand lokal yang memiliki kekuatan cerita dan sejarah yang mendalam. Keberadaan kualitas produk yang terjaga serta pangsa pasar yang sudah terbentuk menjadi modal utama. Produk ini dikenal luas di lintas Sumatera dan menjadi oleh-oleh favorit bagi para pelancong.
Salah satu keunikan utama dari kacang Sihobuk terletak pada metode pengolahannya. Sejak puluhan tahun lalu, kacang ini dipanggang menggunakan pasir panas, sebuah teknik tradisional yang menghasilkan rasa gurih khas dan tekstur renyah yang tidak ditemukan pada kacang olahan lainnya. Metode ini menjadi bagian tak terpisahkan dari narasi dan daya tarik produk.
Kekuatan pariwisata suatu daerah seringkali didukung oleh produk turunannya, termasuk kuliner khas. Kacang Sihobuk memiliki potensi besar untuk mendukung daya tarik destinasi Tapanuli Utara, menjadikannya lebih dari sekadar camilan, melainkan representasi dari kekayaan budaya lokal.
Strategi Pemasaran dan Inovasi untuk Pasar Global
Meskipun sudah dikenal luas, Lamhot Sinaga mengakui bahwa keberadaan kacang Sihobuk masih cenderung tradisional. Tantangan utama saat ini adalah bagaimana membuatnya lebih modern dalam kemasan, kuat dalam cerita yang disampaikan, dan luas dalam jangkauan pasarnya. Inovasi menjadi kunci untuk melestarikan warisan ini.
Pentingnya strategi pemasaran berbasis konten digital dan narasi lokal yang kuat ditekankan oleh Komisi VII. Pendekatan ini diharapkan mampu mengangkat produk daerah seperti kacang Sihobuk ke panggung nasional dan internasional. Pemanfaatan platform digital akan membuka pintu bagi pasar yang lebih luas.
Lamhot Sinaga mendorong Kementerian Pariwisata, pelaku UMKM, dan pemerintah daerah untuk berkolaborasi. Tujuannya adalah memperkuat branding kacang Sihobuk, tidak hanya sebagai produk semata, tetapi juga sebagai cerita kebanggaan daerah yang patut dibagikan kepada dunia. Sinergi ini krusial untuk mencapai tujuan tersebut.
Komitmen dan Visi Mengangkat Kearifan Lokal
Komisi VII DPR RI berkomitmen penuh untuk terus mengawal penguatan industri lokal, termasuk kacang Sihobuk. Dukungan akan diberikan melalui regulasi yang relevan serta program kemitraan antara pemerintah pusat, daerah, dan pelaku usaha lokal. Ini menunjukkan keseriusan dalam memajukan produk-produk unggulan daerah.
Visi ke depan adalah agar kacang Sihobuk tidak hanya dikenal di terminal atau area istirahat. Lamhot Sinaga berharap produk ini dapat masuk ke etalase nasional, toko oleh-oleh bandara, bahkan merambah e-commerce global. Langkah ini merupakan wujud nyata dari semangat mengangkat kearifan lokal dengan jangkauan global.
Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan diharapkan bekerja sama untuk mewujudkan potensi penuh kacang Sihobuk. Dengan inovasi, pemasaran yang strategis, dan dukungan berkelanjutan, kacang Sihobuk diharapkan dapat menjadi duta kuliner Indonesia di mata dunia, membawa nama Tapanuli Utara ke kancah internasional.