Wamenpar: Potensi Desa Wisata Tinalah & Pandanrejo, Yogyakarta
Wakil Menteri Pariwisata RI melihat potensi besar Desa Wisata Tinalah dan Pandanrejo di Yogyakarta, namun juga menyoroti tantangan dalam pengelolaan sampah dan aksesibilitas.
Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) RI, Ni Luh Puspa Nugraheni, baru-baru ini mengunjungi Desa Wisata Tinalah dan Pandanrejo di Yogyakarta. Kunjungan tersebut bertujuan untuk melihat potensi dan tantangan pengembangan dua desa wisata tersebut.
Potensi Desa Wisata Tinalah dan Pandanrejo
Desa Wisata Tinalah, terletak di antara Sungai Tinalah dan Pegunungan Menoreh, menawarkan keindahan alam yang luar biasa. Keindahan alam, kekayaan budaya, dan nilai sejarahnya menjadikan desa ini sebagai lokasi studi banding desa wisata di Yogyakarta. Buktinya, Tinalah telah menarik 9.000 wisatawan pada tahun 2024 lalu.
Sementara itu, Desa Wisata Pandanrejo, yang juga berada di Pegunungan Menoreh, menawarkan suasana pedesaan yang asri dan edukatif. Salah satu daya tarik utamanya adalah peternakan kambing peranakan etawa (PE) ras Kaligesing. Pengelolaan pariwisata di Pandanrejo melibatkan masyarakat lokal, yang berdampak pada peningkatan taraf hidup mereka. Pada tahun 2023, omzet yang dihasilkan mencapai Rp1,3 miliar.
Tantangan Pengembangan Desa Wisata
Meskipun memiliki potensi besar, kedua desa wisata ini juga menghadapi beberapa tantangan. Di Desa Wisata Tinalah, masalah utama terletak pada pengelolaan kebersihan, khususnya pengadaan toilet umum yang bersih dan pengelolaan sampah sesuai prinsip TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle). Aspek kesehatan dan kebersihan (health and hygiene) merupakan faktor penting dalam Indeks Pengembangan Pariwisata dan Perjalanan (TTDI).
Di Desa Wisata Pandanrejo, tantangannya fokus pada peningkatan aksesibilitas dan pengembangan infrastruktur pendukung pariwisata. Saat ini, belum tersedia kendaraan umum berkapasitas besar (di atas 50 kursi) yang melayani desa ini. Selain itu, keberadaan sentra oleh-oleh masih perlu ditingkatkan, termasuk pengembangan skema koperasi untuk pengelolaannya.
Dukungan Pemerintah dan Kolaborasi
Pemerintah, melalui Kementerian Pariwisata, memberikan dukungan berupa pendampingan, pelatihan, evaluasi, dan promosi untuk kedua desa wisata. Sebagai contoh, Poltekpar NHI Bandung telah membantu masyarakat Desa Wisata Tinalah dalam mengolah susu kambing menjadi produk olahan, seperti bolu pisang susu kambing, yang kemudian diintegrasikan ke dalam paket wisata.
Kesimpulan
Desa Wisata Tinalah dan Pandanrejo di Yogyakarta memiliki potensi besar untuk berkembang sebagai destinasi wisata unggulan. Namun, keberhasilannya bergantung pada pengelolaan yang baik, khususnya dalam mengatasi tantangan di bidang kebersihan, aksesibilitas, dan pengelolaan infrastruktur pendukung. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait sangat krusial untuk memastikan keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di kedua desa wisata ini.