Dokter Ingatkan: RSV Bukan Flu Biasa, Ancaman Serius bagi Bayi hingga Lansia
Infeksi Respiratory Syncytial Virus (RSV) sering dianggap remeh, padahal merupakan ancaman kesehatan serius. Ketahui mengapa RSV berbahaya, terutama bagi bayi dan lansia.

Dokter spesialis penyakit dalam, Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD-KAI, FINASIM, menyerukan kewaspadaan terhadap infeksi Respiratory Syncytial Virus (RSV). Virus ini, yang kerap dianggap sepele, ternyata merupakan ancaman kesehatan serius bagi berbagai kelompok usia.
Dalam sebuah diskusi kesehatan yang digelar di Jakarta pada Rabu lalu, Dr. Sukamto menegaskan bahwa RSV bukanlah penyakit ringan. Persepsi masyarakat yang sering menyamakannya dengan selesma biasa perlu diluruskan.
Ia menekankan bahwa virus ini telah lama ada dan memiliki potensi membahayakan, terutama bagi kelompok rentan. Pemahaman yang benar tentang RSV sangat krusial untuk mencegah komplikasi serius.
RSV: Virus Menular dengan Dampak Serius
Dr. Sukamto Koesnoe, yang juga Ketua Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), menjelaskan bahwa Respiratory Syncytial Virus (RSV) adalah virus yang sangat mudah menular. Penularannya terjadi melalui kontak langsung, sentuhan dengan penderita, bahkan melalui benda yang terkontaminasi.
Virus ini secara spesifik menyerang saluran pernapasan dan memiliki dampak paling berbahaya pada dua kelompok usia ekstrem. Kelompok tersebut adalah bayi dan lansia, yang sistem kekebalan tubuhnya cenderung lebih rentan.
Selain bayi dan lansia, RSV juga mengancam individu dengan risiko tinggi lainnya. Ini termasuk bayi prematur, orang dengan sistem imun lemah, serta penderita penyakit kronis seperti jantung, ginjal, PPOK, dan asma.
Infeksi pada kelompok ini dapat memicu pemberatan kondisi kesehatan yang signifikan.
Gejala Khas dan Komplikasi yang Terabaikan
Gejala RSV pada anak-anak dan dewasa umumnya ditandai dengan demam tinggi, batuk, pilek, dan hidung tersumbat. Namun, Dr. Sukamto menyoroti perbedaan gejala pada lansia, yang seringkali tidak mengalami demam.
Hal ini disebabkan oleh penurunan sistem imun atau imunosenesens pada lansia. Akibatnya, infeksi RSV pada lansia dapat bermanifestasi sebagai perubahan kesadaran, seperti sindrom delirium akut, kegelisahan, atau peningkatan demensia.
Gejala ringan seperti batuk pilek yang dianggap normal pada lansia seringkali menyebabkan penanganan terlambat. Kondisi ini sangat berbahaya karena RSV dapat memicu komplikasi serius.
Komplikasi tersebut meliputi pneumonia, radang paru akut, hingga pemburukan kondisi yang berujung pada gagal jantung. Keterlambatan penanganan akibat gejala yang tidak jelas menjadi masalah utama.
Pencegahan dan Terobosan Vaksinasi
Untuk melindungi diri dan orang lain dari infeksi RSV, Dr. Sukamto membagikan beberapa kiat pencegahan konvensional. Langkah-langkah ini meliputi mencuci tangan secara teratur, menghindari menyentuh wajah, serta menjaga jarak dengan orang sakit.
Penting juga untuk menerapkan etika batuk dan bersin dengan menutup mulut dan hidung. Praktik kebersihan ini sangat efektif dalam memutus rantai penularan virus.
Terobosan terbaru dalam upaya pencegahan RSV adalah vaksinasi. Vaksin ini direkomendasikan untuk ibu hamil guna melindungi bayi yang akan lahir, serta untuk orang dewasa, terutama yang berusia 60 tahun ke atas.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) telah memasukkan rekomendasi vaksinasi RSV ini. Rekomendasi tersebut kini menjadi bagian dari Jadwal Imunisasi Dewasa, menandai langkah maju dalam perlindungan kesehatan masyarakat.