Mengapa Suzuki Belum Minat Elektrifikasi Suzuki Carry, Si Tulang Punggung Penjualan?
Presiden Direktur SIM, Minoru Amano, mengungkapkan alasan di balik belum adanya rencana elektrifikasi Suzuki Carry, meskipun menjadi tulang punggung penjualan.

PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) dan PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) melalui Presiden Direktur Minoru Amano menyatakan sikapnya terkait elektrifikasi kendaraan komersial. Dalam diskusi di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025, Amano menegaskan bahwa pihaknya belum memiliki rencana mengubah Suzuki Carry menjadi kendaraan listrik. Pernyataan ini disampaikan pada Rabu (30/7) di ICE BSD, Tangerang, menarik perhatian publik.
Keputusan ini didasari oleh beberapa pertimbangan teknis krusial yang berkaitan dengan karakteristik kendaraan komersial. Amano menyoroti masalah bobot baterai yang saat ini masih terlalu berat untuk ditanamkan pada Suzuki Carry. Hal ini dapat memengaruhi kapasitas angkut dan efisiensi operasional kendaraan niaga tersebut.
Selain itu, jarak tempuh juga menjadi kendala utama dalam pengembangan kendaraan listrik untuk segmen komersial. Penggunaan Suzuki Carry yang seringkali melibatkan perjalanan jarak jauh, terutama oleh pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan di area perkebunan, menimbulkan kekhawatiran terkait probabilitas jangkauan.
Tantangan Bobot Baterai dan Jarak Tempuh
Minoru Amano menjelaskan bahwa salah satu hambatan utama dalam elektrifikasi Suzuki Carry adalah bobot baterai. Baterai kendaraan listrik yang ada saat ini masih memiliki massa yang signifikan. Ini menjadi tantangan besar untuk diintegrasikan pada kendaraan komersial seperti Carry.
Kendaraan komersial sangat bergantung pada kapasitas muatan dan efisiensi operasionalnya. Bobot tambahan dari baterai dapat mengurangi daya angkut Suzuki Carry. Hal ini berpotensi merugikan pelaku usaha yang mengandalkan kendaraan ini untuk distribusi barang.
Selain bobot, masalah jarak tempuh juga menjadi perhatian serius. Amano menyebutkan bahwa probabilitas penggunaan kendaraan komersial oleh UMKM seringkali melibatkan rute yang panjang. Ini bisa menimbulkan kekhawatiran terkait ketersediaan infrastruktur pengisian daya.
Penggunaan Suzuki Carry di area perkebunan, seperti kelapa sawit di Kalimantan, memerlukan jangkauan yang luas. Kondisi ini membuat kendaraan listrik dengan keterbatasan jarak tempuh kurang ideal. Namun, Amano mengakui ide elektrifikasi menarik untuk penggunaan di kota besar.
Suzuki Carry, Tulang Punggung Penjualan dan Segmen Pasar
Meskipun belum ada rencana elektrifikasi, Suzuki Carry tetap menjadi pilar utama penjualan PT Suzuki Indomobil Sales. Sepanjang Mei 2025, penjualan Suzuki Carry berhasil mencatat 55,47 persen dari total penjualan ritel mobil Suzuki. Angka ini menunjukkan dominasi model tersebut.
Catatan positif ini juga mengungkap adanya peningkatan sekitar 21 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh kebutuhan yang terus meningkat di sektor UMKM dan kepuasan pelanggan. Suzuki Carry terbukti menjadi pilihan utama bagi banyak pelaku usaha.
Kontribusi terbesar penjualan kendaraan niaga ringan ini berasal dari wilayah Jabodetabek, terutama sektor perdagangan dan jasa. Kendaraan ini dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan niaga, mulai dari distribusi barang hingga logistik harian. Ini menunjukkan fleksibilitas Suzuki Carry.
Selain Jabodetabek, wilayah lain seperti Bali dan Jawa Timur juga menunjukkan kontribusi signifikan. Di Bali, peningkatan sektor pariwisata, hotel, dan restoran mendorong permintaan. Sementara di Jawa Timur, aktivitas perdagangan antar wilayah yang padat menjadikan New Carry mitra andalan UMKM.