Meski Pengunjung Naik, Transaksi GIIAS 2025 Justru Turun Drastis: Pakar Sebut Daya Beli Kelas Menengah Tertekan
Pameran GIIAS 2025 mencatat kenaikan pengunjung signifikan, namun Transaksi GIIAS 2025 justru diprediksi anjlok. Apa penyebab daya beli masyarakat menurun drastis?

Pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 mencatat fenomena menarik. Meskipun jumlah pengunjung melonjak signifikan hingga 485.569 orang, melebihi capaian tahun sebelumnya, nilai transaksi pembelian kendaraan justru diprediksi mengalami penurunan.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan pelaku industri otomotif. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengindikasikan adanya ketidakselarasan antara antusiasme pengunjung dan daya beli aktual masyarakat.
Pengamat Otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, menjelaskan bahwa penurunan Transaksi GIIAS 2025 ini disebabkan oleh melemahnya daya beli kelas menengah di tengah tekanan ekonomi yang berkelanjutan. Situasi ini menjadi perhatian serius bagi prospek pasar otomotif nasional.
Daya Beli Kelas Menengah Jadi Kunci Penurunan Transaksi
Yannes Martinus Pasaribu menyoroti peran krusial kelas menengah dalam industri otomotif Indonesia. Kelompok konsumen ini merupakan segmen terbesar dan paling aktif dalam pembelian kendaraan, seringkali melalui skema cicilan, serta cenderung rutin mengganti mobil setiap beberapa tahun.
Ketergantungan kelas menengah pada fasilitas kredit membuat mereka sangat rentan terhadap fluktuasi ekonomi. Penurunan daya beli atau tekanan ekonomi secara langsung berdampak pada volume penjualan mobil nasional, mengingat segmen ini adalah target utama bagi produsen dan lembaga pembiayaan.
Faktor utama penyebab melemahnya daya beli adalah kenaikan harga mobil yang tidak sejalan dengan pertumbuhan pendapatan riil masyarakat. Harga mobil di kisaran Rp150-400 juta rata-rata naik 7 persen per tahun, sementara pertumbuhan pendapatan riil hanya berkisar 4-5 persen.
Selain itu, tekanan ekonomi diperparah oleh inflasi pangan sebesar 6,2 persen pada Juni 2025 dan kenaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate menjadi 5,75 persen. Kondisi ini secara signifikan mempersempit kemampuan kredit konsumen, sehingga berdampak pada keputusan pembelian kendaraan.
Tren Penjualan Otomotif Mengkhawatirkan di Tengah Pertumbuhan Ekonomi
Data penjualan kendaraan menunjukkan tren yang mengkhawatirkan sepanjang semester I 2025. Penjualan ritel kendaraan mengalami penurunan sebesar 9,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menandakan adanya perlambatan signifikan di pasar.
Lebih lanjut, data Gaikindo menunjukkan bahwa penjualan grosir (wholesales) anjlok tajam sebesar 22,6 persen hanya dalam bulan Juni. Angka ini merefleksikan penurunan pasokan dari pabrik ke diler, yang merupakan indikator awal pelemahan permintaan pasar.
Meskipun Menteri Keuangan melaporkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,12 persen pada triwulan II-2025, Yannes Martinus Pasaribu memperkirakan dampak positifnya terhadap sektor otomotif baru akan terasa 12 hingga 13 bulan ke depan. Ini berarti industri otomotif masih harus menghadapi tantangan berat di sisa tahun ini.
Segmen Low Cost Green Car (LCGC) dengan mesin pembakaran internal (ICE) yang selama ini menjadi penyumbang terbesar penjualan mobil, juga tidak luput dari tekanan. Penjualan LCGC turun 28,5 persen pada semester I-2025, dengan wholesales anjlok 49 persen pada Juni, menunjukkan kerentanan segmen ini terhadap kondisi ekonomi.
Insentif Pemerintah dan Tantangan Industri Otomotif
Melihat kondisi pasar yang menantang, Yannes Martinus Pasaribu menyarankan pemerintah untuk mempertimbangkan pemberian insentif terbatas. Insentif khusus untuk mobil LCGC hingga akhir tahun 2025 dinilai penting, sembari terus mengevaluasi respons pasar terhadap kebijakan tersebut.
Sebelumnya, Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi, telah memprediksi kenaikan jumlah pengunjung GIIAS 2025 sekitar 6-7 persen. Namun, ia juga mengungkapkan kekhawatiran mengenai nilai transaksi, termasuk pembelian mobil baru, yang diperkirakan akan menurun akibat tekanan ekonomi yang masih berlangsung.
Hingga saat ini, Gaikindo belum secara resmi mengumumkan angka pasti terkait total Transaksi GIIAS 2025 yang dihasilkan dari pameran tahunan tersebut. Publik masih menantikan data resmi untuk melihat sejauh mana dampak tekanan ekonomi terhadap sektor otomotif.