Omzet Pedagang di Kiaracondong Turun Meski Penumpang KA Lebaran Meningkat
Penjualan pedagang di Stasiun Kiaracondong, Bandung, menurun selama Lebaran 2025 meskipun jumlah penumpang kereta api meningkat signifikan, disebabkan oleh melemahnya ekonomi dan harga kebutuhan pokok yang tinggi.

Lebaran 2025 di Bandung menyajikan paradoks menarik. PT KAI Daop 2 Bandung mencatat peningkatan signifikan jumlah penumpang kereta api, namun di sisi lain, para pedagang di Stasiun Kiaracondong justru mengeluhkan penurunan omzet penjualan. Fenomena ini terjadi di tengah arus mudik dan balik Lebaran yang padat, mulai dari tanggal 21 Maret hingga 11 April 2025.
Ahmad, salah satu pedagang di Stasiun Kiaracondong, mengungkapkan bahwa pendapatannya jauh lebih rendah dibandingkan Lebaran tahun lalu. "Sejak arus mudik hingga saat ini, omset berjualan masih di bawah pendapatan biasanya saat musim Lebaran, termasuk tahun lalu," ujarnya di Bandung, Minggu. Ia hanya mampu meraup sekitar Rp500.000-Rp700.000 per hari, turun sekitar Rp300.000 dari omzet biasanya selama Lebaran.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan: mengapa peningkatan jumlah penumpang KA tidak berdampak positif pada pendapatan pedagang? Jawabannya, menurut Ahmad, terletak pada melemahnya kondisi ekonomi dan melonjaknya harga kebutuhan pokok. Hal ini membuat daya beli masyarakat menurun, sehingga berdampak langsung pada omzet para pedagang di stasiun.
Penurunan Omzet di Tengah Lonjakan Penumpang KA
Data PT KAI Daop 2 Bandung menunjukkan lonjakan jumlah penumpang yang signifikan selama masa angkutan Lebaran 2025. Tercatat 376.035 penumpang telah berangkat dari Daop 2 Bandung, dengan tingkat okupansi mencapai 105,6 persen. Meskipun jumlah penumpang kereta api dari Stasiun Bandung, Kiaracondong, dan Tasikmalaya meningkat drastis, hal tersebut tidak berbanding lurus dengan peningkatan pendapatan para pedagang di Stasiun Kiaracondong.
Manajer Humas Daop 2 Bandung, Kuswardojo, menjelaskan bahwa okupansi yang melebihi kapasitas tempat duduk disebabkan oleh adanya penumpang yang melakukan perjalanan parsial atau dinamis. Artinya, satu tempat duduk dapat dibeli lebih dari satu pelanggan. Meskipun demikian, peningkatan jumlah penumpang ini tidak mampu mendongkrak penjualan para pedagang kaki lima di sekitar stasiun.
Ahmad menyayangkan kondisi ini dan berharap pemerintah dapat menstabilkan harga kebutuhan pokok. "Ya sayang banget apalagi kalau suasana Lebaran gini semua harga serba mahal, kalau sepi gini ya kita yang susah juga buat muterin modalnya," keluhnya. Ia berharap pemerintah dapat lebih siap dalam menghadapi Lebaran tahun-tahun mendatang agar harga-harga tidak melonjak drastis dan memberatkan para pedagang.
Harapan Pedagang dan Langkah Pemerintah
Kondisi yang dialami Ahmad mencerminkan tantangan yang dihadapi para pedagang kecil di tengah peningkatan mobilitas masyarakat selama Lebaran. Meskipun jumlah penumpang KA meningkat, daya beli masyarakat tetap menjadi faktor penentu omzet penjualan. Pemerintah perlu memperhatikan aspek ini dan mengambil langkah-langkah konkret untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok, khususnya menjelang hari raya besar seperti Lebaran.
Data peningkatan jumlah penumpang KA dari PT KAI Daop 2 Bandung menunjukkan angka yang signifikan, namun data tersebut tidak sepenuhnya merepresentasikan kondisi ekonomi riil yang dialami para pedagang kecil. Perlu adanya kajian lebih lanjut untuk memahami korelasi antara peningkatan mobilitas masyarakat dan daya beli, sehingga kebijakan yang tepat dapat diterapkan untuk mendukung perekonomian masyarakat, khususnya para pedagang kecil.
Lebih lanjut, pemerintah perlu mempertimbangkan strategi untuk meningkatkan daya beli masyarakat agar pergerakan ekonomi tetap stabil meskipun terjadi peningkatan harga kebutuhan pokok. Hal ini penting untuk menciptakan iklim ekonomi yang sehat dan berkelanjutan, sehingga para pedagang kecil dapat tetap bertahan dan meningkatkan pendapatan mereka.
Kesimpulannya, peningkatan jumlah penumpang KA selama Lebaran 2025 tidak serta-merta berdampak positif pada omzet pedagang di Stasiun Kiaracondong. Kondisi ekonomi dan harga kebutuhan pokok yang tinggi menjadi faktor utama penyebab penurunan omzet tersebut. Pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah untuk menstabilkan harga dan meningkatkan daya beli masyarakat agar para pedagang kecil dapat tetap bertahan dan meningkatkan kesejahteraan mereka.