PINSAR dan GOPAN Desak Program MBG Beri Prioritas Peternak Lokal
Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (PINSAR) dan Gabungan Organisasi Peternak Nasional (GOPAN) mendesak pemerintah agar program Makan Bergizi Gratis (MBG) memprioritaskan peternak lokal untuk mencegah tersingkirnya peternak kecil.

Jakarta, 5 Maret 2024 - Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (PINSAR) dan Gabungan Organisasi Peternak Nasional (GOPAN) mengajukan permohonan penting kepada pemerintah terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kedua asosiasi peternak rakyat ini mendesak agar program tersebut memberikan prioritas utama kepada peternak lokal, khususnya peternak ayam dan telur mandiri. Mereka khawatir, jika tidak diprioritaskan, program ini justru akan menguntungkan konglomerat perunggasan dan menyingkirkan peternak kecil yang memiliki modal terbatas.
Ketua Umum PINSAR, Singgih Januratmoko, menyampaikan pernyataan resmi di Jakarta pada Rabu, 5 Maret 2024. Singgih menegaskan, "Program MBG harus berpihak kepada masyarakat kecil. Penyedia sayur-mayur haruslah masyarakat sekitar dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Begitu pula pemasok ayam dan telur, harus melibatkan peternak ayam mandiri agar manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat."
Kekhawatiran tersebut muncul dari kondisi peternak ayam saat ini yang tengah berjuang menghadapi persaingan ketat dengan konglomerasi perunggasan yang menguasai seluruh rantai pasok, dari hulu hingga hilir. Kondisi ini membuat keberlangsungan usaha peternak kecil dengan modal terbatas menjadi sangat rentan.
Menyelamatkan Peternak Rakyat Melalui Program MBG
PINSAR dan GOPAN melihat program MBG sebagai peluang besar untuk menyelamatkan peternak rakyat. Mereka menyatakan kesiapan untuk menyediakan pasokan ayam dengan harga yang menguntungkan peternak, yaitu Harga Acuan Pembelian (HAP) yang ditetapkan Badan Pangan Nasional (Bapanas). HAP ini dinilai mampu melindungi peternak dari ancaman kenaikan harga jagung, pakan utama ayam, yang diprediksi akan meningkat tahun ini.
Singgih menambahkan, "Dengan membeli ayam dari peternak rakyat, pemerintah juga turut menyelamatkan surplus ayam nasional yang saat ini di atas 10 persen. Hal ini akan membantu menyerap kelebihan pasokan dan menormalkan harga ayam di pasar tradisional."
PINSAR dan GOPAN optimistis dapat memenuhi kebutuhan ayam untuk program MBG, sekaligus memberikan dampak positif bagi perekonomian peternak kecil dan stabilitas harga pasar.
Tanggapan Badan Gizi Nasional (BGN)
Menanggapi hal tersebut, Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola MBG BGN, Tigor Pangaribuan, menyatakan kesediaan BGN untuk bekerja sama dengan para peternak. Tigor mengatakan, "Kami membuka ruang bagi para peternak atau asosiasi peternak melalui koperasi, untuk membuka dapur SPPG."
Namun, Tigor juga menekankan pentingnya pemenuhan kriteria tertentu bagi peternak yang ingin bermitra dalam program MBG. Kriteria tersebut meliputi aspek higienitas, lokasi, dan peralatan dapur yang memadai. Hal ini penting untuk menjamin kualitas dan keamanan pangan bagi para penerima manfaat MBG.
Tigor menjelaskan bahwa skala produksi untuk program MBG berbeda dengan restoran atau katering pada umumnya. Syarat yang ditetapkan untuk dapur SPPG antara lain luas lahan 600-800 meter kubik, serta adanya pemisahan pintu masuk untuk bahan mentah dan pintu keluar untuk hasil olahan masakan guna menjaga higienitas dan mencegah kontaminasi bakteri.
Pemerintah menargetkan lebih dari 30.000 dapur SPPG untuk melayani 82 juta anak. Tigor menyarankan agar para peternak membentuk koperasi untuk mempermudah akses pembiayaan dalam membangun dapur, menyediakan peralatan masak, hingga wadah makan stainless steel.
Kerja sama yang terjalin antara pemerintah dan peternak rakyat dalam program MBG diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi peningkatan gizi anak Indonesia dan kesejahteraan peternak lokal.