Tawuran Remaja di Bulan Ramadhan: Kurangnya Kegiatan Bermakna Jadi Pemicu Utama
Psikolog Universitas Gadah Mada mengungkapkan bahwa tawuran remaja selama Ramadhan disebabkan oleh kurangnya kegiatan bermakna dan kesempatan berkumpul yang akhirnya memicu tindakan agresif.

Apa penyebab tawuran remaja yang meningkat selama bulan Ramadhan? Siapa yang memberikan penjelasan tersebut? Di mana pernyataan tersebut disampaikan? Kapan pernyataan tersebut disampaikan? Mengapa tawuran terjadi? Bagaimana cara mencegahnya? Psikolog dan dosen Universitas Gadah Mada, Novi Poespita Chandra, mengungkapkan bahwa meningkatnya kasus tawuran remaja di bulan Ramadhan disebabkan oleh kurangnya kegiatan bermakna dan waktu luang yang banyak. Pernyataan ini disampaikan pada Selasa, 11 Maret 2024, melalui wawancara dengan ANTARA.
Novi menjelaskan bahwa tawuran menjadi bentuk pelampiasan remaja akibat rutinitas harian yang monoton dan kurangnya kegiatan yang merangsang empati. Kegiatan yang monoton seperti mengerjakan tugas sekolah membuat mereka merasa bosan dan kelelahan kronis, memicu kecemasan yang kemudian disalurkan melalui perilaku agresif, termasuk tawuran.
Kurangnya kegiatan positif membuat otak amigdala, pusat emosi, lebih aktif daripada prefrontal cortex, pusat perencanaan dan pengambilan keputusan. Akibatnya, dorongan untuk melakukan tindakan impulsif seperti tawuran menjadi lebih kuat daripada kemampuan untuk berpikir rasional dan mengendalikan emosi.
Kegiatan Bermakna sebagai Pencegahan Tawuran
Menurut Novi, tawuran juga merupakan cara remaja untuk mencari pengakuan dan menunjukkan kekuatan psikologis mereka. Tawuran menjadi sebuah cara untuk melepaskan diri dari kebosanan dan rutinitas yang membosankan. Remaja membutuhkan kegiatan yang memberikan rasa memiliki dan kebersamaan.
Untuk mengatasi masalah ini, Novi menyarankan agar sekolah dan orang tua lebih proaktif dalam menyediakan kegiatan positif bagi remaja selama bulan Ramadhan. Kegiatan ini haruslah bermakna, merangsang kreativitas, dan mendorong interaksi sosial positif.
Contoh kegiatan yang disarankan antara lain kunjungan ke desa, kegiatan yang berkaitan dengan puasa, atau festival budaya yang menghibur. Kegiatan-kegiatan ini akan menciptakan memori baru, meningkatkan rasa empati, dan memperkuat ikatan sosial di antara remaja.
Kreativitas dan Inovasi dalam Mengisi Waktu Luang
Novi menekankan pentingnya kreativitas dalam menciptakan momen-momen bermakna bagi remaja. Sayangnya, kata Novi, kita seringkali kurang kreatif dalam menyediakan kegiatan positif yang dapat mengisi waktu luang remaja dengan kegiatan yang bermanfaat.
Dengan keterlibatan dalam kegiatan positif, energi remaja dapat tersalurkan dengan baik, mencegah mereka dari perilaku negatif seperti tawuran. Penting untuk diingat bahwa pencegahan tawuran bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga orang tua dan masyarakat secara keseluruhan.
Memberikan kesempatan bagi remaja untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka juga penting. Hal ini dapat membantu mereka menemukan jati diri dan mengurangi rasa kebosanan yang dapat memicu perilaku agresif. Dengan demikian, menciptakan lingkungan yang mendukung dan menyediakan kegiatan bermakna adalah kunci untuk mencegah tawuran remaja.
Kesimpulan
Tawuran remaja di bulan Ramadhan merupakan masalah kompleks yang membutuhkan solusi komprehensif. Kurangnya kegiatan bermakna dan kesempatan berkumpul yang positif menjadi faktor utama penyebabnya. Oleh karena itu, peran aktif sekolah, orang tua, dan masyarakat dalam menyediakan kegiatan positif dan merangsang kreativitas remaja sangatlah penting untuk mencegah terjadinya tawuran.