Sorotan Kontroversi Keputusan Wasit IBL 2025: Review, Kesalahan, dan Polemik '15-5=11'
Review keputusan wasit IBL 2025 mengungkapkan sejumlah kontroversi, mulai dari incorrect call hingga polemik viral '15-5=11', menimbulkan pertanyaan atas konsistensi pengadil di lapangan.

Liga Bola Basket Indonesia (IBL) GoPay 2025 telah merilis sorotan keputusan wasit dalam beberapa pekan pertandingan, yang menyingkap sejumlah keputusan krusial dan kontroversial. Review ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja wasit dan meningkatkan kualitas perwasitan di IBL. Sejumlah insiden, mulai dari pelanggaran yang dipertanyakan hingga polemik viral di media sosial, menjadi fokus utama evaluasi tersebut.
Salah satu kontroversi terbesar terjadi pada laga Satria Muda Pertamina Jakarta melawan Tangerang Hawks Basketball pada 5 Maret di Britama Arena. Insiden yang dikenal dengan narasi '15-5=11' ini melibatkan Stephaun Branch dari Hawks yang dijatuhi pelanggaran 5 detik. Namun, perhitungan waktu yang janggal menimbulkan pertanyaan besar tentang akurasi dan konsistensi pengambilan keputusan wasit.
Selain insiden '15-5=11', review juga mencakup berbagai keputusan wasit lainnya yang dinilai kontroversial sepanjang beberapa pekan IBL 2025. Beberapa keputusan dinyatakan sebagai incorrect call, sementara yang lain dinilai sebagai missed call, menunjukkan adanya inkonsistensi dalam penerapan aturan FIBA OBR 2024.
Pekan Pertama: Kesalahan dan Batasan IRS
Pada laga Pelita Jaya Jakarta melawan Dewa United Banten, wasit memberikan defensive foul kepada Kaleb Ramot Gemilang. Setelah tinjauan ulang melalui Instant Replay System (IRS), keputusan tersebut dinyatakan salah. Namun, wasit tidak dapat membatalkan keputusan awal meskipun terbukti keliru, menggarisbawahi batasan sistem IRS dalam IBL.
Sebaliknya, keputusan wasit pada laga Borneo Hornbills melawan Kesatria Bengawan Solo diakui sebagai correct call. Keputusan ini sejalan dengan aturan FIBA OBR 2024 terkait pemain yang mengambil bola di bibir ring tanpa mengganggu bola yang masih berpotensi masuk.
Pekan Kedua dan Ketiga: Missed Call dan Reaksi Berlebihan
Di pekan kedua, pertandingan Tangerang Hawks kontra Borneo Hornbills mencatat sebuah missed call terkait pelanggaran travelling yang dilakukan Brandon Lee McCoy. Meskipun pelatih Tangerang Hawks mengajukan head coach challenge (HCC), aturan FIBA OBR tidak mengizinkan peninjauan ulang untuk pelanggaran travelling melalui HCC.
Pekan ketiga menyajikan insiden berbeda. Jacob Lobbu dari Prawira Bandung dinilai melakukan tindakan yang sah, tanpa pelanggaran out-of-bounds. Namun, reaksi berlebihan dari pelatih Dewa United berujung pada technical foul.
Pekan Keempat dan Kelima: Insiden Ayunan Siku dan Foul yang Salah
Pekan keempat mencatat insiden ayunan siku Jarred Shaw dari Tangerang Hawks ke arah kepala Putu Pande. Meskipun awalnya tidak dianggap pelanggaran, setelah head coach challenge dan evaluasi, keputusan tersebut dinyatakan salah. Tindakan Shaw dikategorikan sebagai unsportsmanlike foul.
Di pekan kelima, AJ Bramah dari Pacific Caesar Surabaya dijatuhi foul saat berusaha membendung tembakan Le'Bryan Nash. Review menunjukkan keputusan tersebut salah karena Bramah berada dalam posisi legal guarding sesuai aturan FIBA OBR 2024.
Kontroversi '15-5=11' dan Dampaknya
Insiden '15-5=11' menjadi sorotan utama. Stephaun Branch dijatuhi pelanggaran 5 detik, tetapi waktu tersisa di game-clock menunjukkan 11 detik, bukan 10 detik seperti yang seharusnya. Kejanggalan ini memicu perdebatan luas di media sosial dan menimbulkan pertanyaan serius tentang akurasi dan konsistensi perwasitan IBL.
Kesimpulannya, review keputusan wasit IBL 2025 mengungkap sejumlah inkonsistensi dan kontroversi. Peristiwa ini menekankan perlunya evaluasi menyeluruh dan peningkatan kualitas perwasitan untuk memastikan keadilan dan sportifitas dalam pertandingan IBL.