60 Kejadian Bencana di NTT Awal 2025, Banjir Dominasi!
NTT dilanda 60 bencana alam di awal 2025, banjir menjadi jenis bencana paling banyak terjadi, mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan.
Bencana alam kembali melanda Nusa Tenggara Timur (NTT) di awal tahun 2025. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT, tercatat sebanyak 60 kejadian bencana alam dari tanggal 1 Januari hingga 28 Februari 2025. Banjir menjadi jenis bencana yang paling dominan, dengan total 32 kejadian, diikuti tanah longsor (19 kejadian) dan cuaca ekstrem (9 kejadian). Korban jiwa akibat bencana ini mencapai enam orang, empat orang luka-luka, dan dua orang masih dinyatakan hilang.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD NTT, Gasper Losa Manisa, mengungkapkan data tersebut merupakan hasil pengolahan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops) BPBD NTT, yang dikumpulkan dari laporan BPBD kabupaten/kota di seluruh NTT. Bencana tersebut telah berdampak pada 4.757 orang, dengan 235 orang diantaranya harus mengungsi. "Jumlah tersebut tercatat sejak 1 Januari hingga 28 Februari 2025, yang didominasi oleh bencana banjir sebanyak 32 kejadian, tanah longsor 19 kejadian dan cuaca ekstrem 9 kejadian," ungkap Gasper dalam keterangannya di Kupang, Selasa.
Tiga wilayah di NTT tercatat sebagai daerah yang paling terdampak bencana, yaitu Kabupaten Kupang (15 kejadian), Kabupaten Lembata (9 kejadian), dan Kabupaten Rote Ndao (9 kejadian). Pemerintah Provinsi NTT telah menetapkan status siaga darurat bencana sejak 20 Januari hingga 20 Juni 2025, berdasarkan Keputusan Gubernur NTT Nomor: 35/KEP/HK/2025. Langkah penanganan darurat meliputi peninjauan langsung ke lokasi bencana dan penyaluran bantuan logistik kepada para korban.
Bencana Banjir Terbanyak di NTT
Banjir menjadi jenis bencana alam yang paling sering terjadi di NTT pada awal tahun 2025. Sebanyak 32 kejadian banjir telah tercatat oleh BPBD NTT, mengakibatkan kerusakan infrastruktur dan kerugian ekonomi bagi masyarakat. Penyebab utama banjir ini diduga karena intensitas curah hujan yang tinggi dan buruknya sistem drainase di beberapa wilayah.
Selain banjir, tanah longsor juga menjadi ancaman serius di NTT. Sebanyak 19 kejadian tanah longsor telah tercatat, mengakibatkan kerusakan rumah dan infrastruktur lainnya. Tanah longsor sering terjadi di daerah dengan kemiringan lereng yang curam dan tingkat erosi yang tinggi.
Cuaca ekstrem, seperti angin kencang dan gelombang tinggi, juga turut melanda NTT. Sebanyak 9 kejadian cuaca ekstrem telah dilaporkan, mengakibatkan kerusakan pada bangunan dan infrastruktur. Cuaca ekstrem ini seringkali dipicu oleh perubahan iklim dan fenomena alam lainnya.
Upaya Penanganan Bencana di NTT
Pemerintah Provinsi NTT telah melakukan berbagai upaya untuk menangani bencana alam yang terjadi. Penetapan status siaga darurat bencana merupakan langkah penting untuk mempercepat proses penanggulangan bencana. Status siaga darurat ini memungkinkan pemerintah untuk mengakses sumber daya dan bantuan yang dibutuhkan dengan lebih cepat dan efisien.
Selain penetapan status siaga darurat, pemerintah juga melakukan peninjauan langsung ke lokasi bencana untuk melihat kondisi terkini dan kebutuhan para korban. Bantuan logistik, seperti makanan, pakaian, dan obat-obatan, telah disalurkan kepada para korban untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
BPBD NTT juga mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana, terutama selama musim hujan. Masyarakat diimbau untuk mengikuti informasi terkini dan terpercaya dari sumber resmi, seperti BPBD dan BMKG, agar dapat melakukan langkah antisipasi yang tepat.
Meskipun upaya penanggulangan bencana telah dilakukan, namun masih dibutuhkan upaya yang lebih besar untuk mengurangi risiko bencana di NTT. Peningkatan infrastruktur, sistem peringatan dini, dan edukasi kepada masyarakat sangat penting untuk mengurangi dampak bencana di masa mendatang. Kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait sangat krusial dalam menghadapi tantangan bencana alam di NTT.
BPBD NTT terus memantau situasi dan perkembangan bencana alam di wilayahnya. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan selalu siap menghadapi potensi bencana yang mungkin terjadi.