Bahasa Moi Kelim Masuk Mulok SD di Kabupaten Sorong: Upaya Lestarikan Budaya Lokal
Pemerintah Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya, memasukkan Bahasa Moi Kelim sebagai muatan lokal di SD untuk melestarikan budaya lokal dan mencegah kepunahan bahasa daerah tersebut.
Aimas, 14 Februari 2023 - Sebuah langkah signifikan diambil oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya, dalam upaya pelestarian budaya lokal. Bahasa Moi Kelim, bahasa daerah yang kaya akan sejarah dan nilai budaya, kini resmi masuk sebagai muatan lokal (mulok) di sekolah dasar (SD) di wilayah tersebut. Langkah ini diharapkan mampu menghidupkan kembali bahasa daerah yang terancam punah dan menanamkan kecintaan terhadap budaya lokal sejak dini.
Melestarikan Bahasa Moi Kelim melalui Pendidikan
Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong, Melkias Arobaya, menjelaskan bahwa program ini merupakan upaya konkret pemerintah daerah untuk meneruskan Bahasa Moi Kelim kepada generasi muda. "Karena saat ini anak-anak muda tidak mahir dalam menuturkan Bahasa Moi, sehingga ini perlu dimasukkan di dalam dunia pendidikan untuk diajarkan secara baik kepada siswa-siswi," ujarnya dalam sebuah pernyataan di Sorong, Jumat lalu.
Penerapan Bahasa Moi Kelim sebagai mulok diawali di kelas IV SD pada tahun 2023. Kurikulum dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) telah disusun secara khusus untuk mendukung pembelajaran bahasa daerah ini. Ke depannya, program ini direncanakan akan diterapkan juga di kelas V dan VI SD.
Metode pembelajaran yang digunakan pun menarik. Para penutur asli Bahasa Moi Kelim yang sudah mahir akan mengajar siswa-siswi melalui puisi, pidato, dan lagu-lagu daerah. Selain itu, telah tersedia kamus Bahasa Moi Kelim sebagai bahan ajar untuk membantu proses belajar mengajar.
Tantangan dan Harapan
Saat ini, program Bahasa Moi Kelim sebagai mulok telah diterapkan di 80 SD di ibu kota Kabupaten Sorong. Namun, masih ada kendala dalam perluasan program ini ke seluruh SD di wilayah tersebut. Salah satu kendalanya adalah keterbatasan sumber daya pengajar atau penutur asli Bahasa Moi Kelim yang kompeten.
"Maunya seluruh SD, tapi kita terkendala dengan sumber daya," ungkap Melkias Arobaya. Meskipun demikian, pemerintah daerah tetap berkomitmen untuk terus berupaya melestarikan budaya dan menyelamatkan bahasa daerah dari ancaman kepunahan.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya yang lebih besar untuk menjaga keberagaman budaya Indonesia. Dengan memasukkan Bahasa Moi Kelim ke dalam kurikulum sekolah, diharapkan generasi muda dapat memahami, menghargai, dan melestarikan warisan budaya leluhur mereka. Program ini juga diharapkan dapat meningkatkan rasa kebanggaan dan identitas lokal di kalangan siswa.
Kesimpulan
Inisiatif memasukkan Bahasa Moi Kelim sebagai muatan lokal di SD Kabupaten Sorong merupakan langkah penting dalam upaya pelestarian budaya lokal. Meskipun masih ada tantangan yang perlu diatasi, komitmen pemerintah daerah untuk terus mengembangkan program ini patut diapresiasi. Semoga program ini dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam upaya pelestarian bahasa dan budaya daerah di Indonesia.