Banjir Rendam Empat Desa di Sulteng, Puluhan Rumah Rusak dan Warga Mengungsi
Intensitas hujan tinggi di Sulawesi Tengah menyebabkan banjir yang merendam empat desa di Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong, mengakibatkan kerusakan rumah dan warga mengungsi.

Banjir yang melanda empat desa di Sulawesi Tengah (Sulteng) pada Kamis sore hingga malam, 13 Maret 2024, telah mengakibatkan kerusakan dan kerugian bagi sejumlah warga. Peristiwa ini terjadi akibat intensitas curah hujan yang sangat tinggi, menyebabkan sungai meluap dan merendam pemukiman penduduk. Bencana ini melibatkan Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong, dengan dampak yang cukup signifikan bagi masyarakat setempat.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sulteng, Andy Sembiring, menyatakan bahwa banjir di Kabupaten Donggala terjadi sekitar pukul 15.30 WITA, sementara di Kabupaten Parigi Moutong sekitar pukul 18.00 WITA. Tim reaksi cepat (TRC) BPBD kabupaten setempat tengah berkoordinasi dengan aparat desa dan melakukan asesmen untuk mengetahui dampak lebih lanjut dari bencana ini. Proses evakuasi dan penyaluran bantuan pun tengah dilakukan.
Peristiwa ini menimbulkan keprihatinan mengingat dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Selain kerusakan rumah dan fasilitas umum, bencana ini juga mengganggu akses jalan dan menyebabkan puluhan kepala keluarga mengungsi. Kondisi ini menuntut respon cepat dan tepat dari berbagai pihak untuk membantu meringankan beban para korban.
Dampak Banjir di Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong
Di Kabupaten Donggala, banjir merendam Desa Balau, Kecamatan Balaesang. Berdasarkan asesmen sementara, tiga kepala keluarga (KK) dan tiga unit rumah terdampak. Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya antisipasi dan mitigasi bencana di daerah rawan banjir.
Sementara itu, di Kabupaten Parigi Moutong, tiga desa terdampak, yaitu Desa Tomini Barat, Ogoansam, dan Bambasiang, Kecamatan Tomini. Di Desa Tomini Barat, dua unit fasilitas pendidikan terendam banjir dan tanggul sungai Popa jebol. Jumlah rumah warga yang terendam masih dalam proses pendataan.
Di Desa Ogoansam, sekitar 50 unit rumah terdampak banjir, dengan 30 unit rumah rusak berat dan 50 KK terdampak. Kondisi ini menggambarkan besarnya kerusakan yang terjadi akibat banjir. Warga yang terdampak telah mengungsi ke daerah pegunungan untuk menyelamatkan diri.
Di Desa Bambasiang, enam rumah warga terdampak banjir, empat diantaranya bahkan hanyut terbawa arus. Kondisi ini menunjukkan betapa dahsyatnya kekuatan air yang menerjang pemukiman warga. Akses jalan Desa Ogoansam ke Desa Bambasiang pun terputus akibat banjir.
Upaya Penanganan dan Kebutuhan Mendesak
BPBD Sulteng terus berkoordinasi dengan TRC BPBD kabupaten setempat untuk penanganan di lapangan. Saat ini, kebutuhan mendesak adalah logistik sembako bagi para pengungsi. Meskipun hujan sudah mulai reda, banjir masih merendam rumah warga, sehingga upaya evakuasi dan pemulihan masih terus dilakukan.
"Sekitar 50 KK yang terdampak saat ini mengungsi ke daerah pegunungan. Selain itu, akses jalan Desa Ogoansam ke Desa Bambasiang terputus," ujar Andy Sembiring. Pernyataan ini menekankan kesulitan akses dan kebutuhan mendesak akan bantuan logistik.
Peristiwa banjir ini menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. Mitigasi bencana yang terencana dan sistem peringatan dini yang efektif sangat diperlukan untuk meminimalisir dampak kerugian yang ditimbulkan.
Meskipun hujan telah reda, upaya penanganan masih terus dilakukan. BPBD dan instansi terkait terus berupaya untuk memberikan bantuan dan memastikan keselamatan warga yang terdampak.