Bencana Hidrometeorologi di Sukabumi Meluas, 18 Titik Terdampak Banjir dan Longsor
Bencana hidrometeorologi di Sukabumi meluas hingga 18 titik, mengakibatkan 91 jiwa terdampak banjir dan longsor, tetapi tidak ada korban jiwa.
Bencana hidrometeorologi berupa banjir dan tanah longsor yang melanda Kota Sukabumi, Jawa Barat, pada 6-7 Maret 2024 semakin meluas. Awalnya tercatat sembilan titik, kini jumlahnya meningkat menjadi 18 titik, seperti yang disampaikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi. Kejadian ini menimbulkan dampak yang signifikan bagi warga sekitar, khususnya di wilayah Kelurahan Cipanengah, Kecamatan Lembursitu.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi, Novian Rahmat, menjelaskan bahwa dari 18 titik lokasi yang terdampak, 14 titik mengalami banjir, tiga titik terjadi tembok penahan tanah (TPT) ambruk, dan satu titik mengalami tanah longsor. "Hingga saat ini dari hasil pendataan petugas di lapangan, jumlah lokasi yang terdampak bencana tersebar di 18 titik," ungkap Novian Rahmat dalam keterangannya di Sukabumi, Jumat.
Meskipun bencana ini menimbulkan kerusakan dan kerugian material, berdasarkan data sementara yang dihimpun BPBD, jumlah korban jiwa nihil. Namun, dampaknya dirasakan oleh 91 jiwa warga Kota Sukabumi yang terdampak. Novian menambahkan bahwa angka tersebut masih bersifat sementara dan berpotensi bertambah seiring dengan proses asesmen yang masih berlangsung di lapangan.
Penyebab Banjir dan Upaya Penanganan
Novian memaparkan beberapa faktor yang menyebabkan meluasnya banjir di 14 titik di Kota Sukabumi. Salah satu penyebab utama adalah pendangkalan sungai akibat penumpukan sampah. Selain itu, penyempitan aliran sungai dan tersendatnya drainase juga turut memperparah situasi. "Adapun pemicu terjadinya banjir di Kota Sukabumi yang melanda 14 titik antara lain terjadinya pendangkalan sungai akibat banyaknya sampah yang menumpuk, penyempitan aliran sungai, tersendatnya drainase oleh sampah, dan lainnya," jelasnya.
BPBD Kota Sukabumi telah mendistribusikan bantuan darurat kepada para penyintas. Petugas di lapangan tidak hanya fokus pada penyaluran bantuan, tetapi juga melakukan upaya normalisasi aliran sungai untuk mempercepat surutnya air banjir. "Untuk bantuan darurat, kata dia, sudah didistribusikan ke para penyintas bencana. Petugas di lapangan tidak hanya menangani warga yang terdampak bencana, tetapi melakukan normalisasi air sungai," tambah Novian.
Kampung Santiong, RT 04 dan 05, RW 07, Kelurahan Cipanengah, Kecamatan Lembursitu, tercatat sebagai wilayah yang paling parah terdampak banjir. Meskipun demikian, berdasarkan pantauan di lapangan, sebagian besar wilayah yang terdampak banjir telah surut. "Banjir paling parah melanda Kampung Santiong, RT 04 dan 05, RW 07, Kelurahan Cipanengah, Kecamatan Lembursitu," ucapnya.
Imbauan Kewaspadaan dan Gotong Royong
Meskipun sebagian besar air banjir telah surut, BPBD Kota Sukabumi tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. Prakiraan cuaca dari BMKG menunjukkan potensi hujan dengan intensitas tinggi masih akan terjadi di wilayah Kota Sukabumi, terutama pada siang dan malam hari. Tingginya potensi hujan ini meningkatkan risiko terjadinya banjir susulan.
Selain imbauan kewaspadaan, BPBD juga mengajak masyarakat untuk bergotong royong membersihkan saluran air. Langkah ini dinilai penting untuk mengantisipasi potensi banjir akibat hujan deras. "Pihaknya mengimbau kepada warga untuk selalu waspada, karena potensi terjadinya banjir masih tinggi, karena sesuai prakiraan cuaca dari BMKG wilayah Kota Sukabumi masih berpotensi turun hujan dengan intensitas tinggi pada siang hingga malam. Selain itu warga pun diimbau bergotong-royong untuk membersihkan saluran air untuk mengantisipasi hujan deras yang bisa memicu terjadinya banjir," pesan Novian.
Peristiwa bencana hidrometeorologi di Sukabumi ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. Kerja sama antara pemerintah dan masyarakat sangat krusial dalam upaya mitigasi dan penanggulangan bencana untuk meminimalisir dampak yang lebih besar di masa mendatang. Langkah-langkah antisipatif seperti membersihkan saluran air dan meningkatkan kewaspadaan terhadap prakiraan cuaca sangat penting untuk melindungi keselamatan dan harta benda warga.