BMKG Minangkabau Pantau Penyebaran Abu Vulkanik Pascaerupsi Gunung Marapi
BMKG Minangkabau memantau penyebaran abu vulkanik Gunung Marapi pascaerupsi Sabtu pagi, memastikan keamanan penerbangan di Bandara Internasional Minangkabau.
Gunung Marapi di Sumatera Barat mengalami erupsi pada Sabtu, 8 Juli 2023, pukul 10.41 WIB. Erupsi ini telah menyebabkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, langsung melakukan pemantauan terhadap sebaran abu vulkanik. Pemantauan ini dilakukan untuk mengantisipasi dampak erupsi terhadap aktivitas penerbangan di Bandara Internasional Minangkabau.
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau, Desindra Deddy Kurniawan, menyatakan bahwa sebaran debu vulkanik teramati pukul 10.50 WIB. Debu vulkanik tersebut mencapai ketinggian hingga 12.000 kaki dan bergerak ke arah timur laut dengan kecepatan 20 knot. Meskipun demikian, BMKG memprediksi intensitasnya akan melemah.
Pemantauan dilakukan dengan bantuan informasi dari VAAC Darwin. Tujuannya adalah untuk memastikan keselamatan penerbangan dan mencegah gangguan operasional di Bandara Internasional Minangkabau akibat abu vulkanik. Sampai saat ini, berdasarkan peta sebaran abu vulkanik, belum ada konfirmasi mengenai bandara yang terdampak erupsi Gunung Marapi.
Efek Abu Vulkanik terhadap Penerbangan
Abu vulkanik yang dihasilkan dari erupsi gunung berapi dapat menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap penerbangan. Jika pesawat terbang melewati area dengan sebaran abu vulkanik, abu tersebut berpotensi masuk ke dalam kabin pesawat. Hal ini dapat membahayakan penumpang dan awak pesawat.
Selain itu, abu vulkanik juga dapat menyumbat sistem pemantau kecepatan udara (pitot tube), yang sangat penting untuk keselamatan penerbangan, terutama saat pesawat akan lepas landas dan mendarat. Sistem navigasi dan elektronik lainnya juga dapat terganggu oleh abu vulkanik.
Lebih lanjut, abu vulkanik dapat menyebabkan landasan pacu menjadi licin, meningkatkan risiko kecelakaan saat pesawat lepas landas atau mendarat. Yang tak kalah penting, abu vulkanik dapat merusak mesin pesawat (turbine compressor), mengurangi efisiensi dan bahkan menyebabkan kerusakan permanen.
Laporan dari Pos Gunung Api Marapi
Sementara itu, laporan terpisah dari petugas Pos Gunung Api Gunung Marapi di Kota Bukittinggi, Teguh, menyebutkan bahwa tinggi kolom abu vulkanik tidak teramati. Meskipun demikian, erupsi terekam pada seismogram dengan amplitudo maksimum 30,4 milimeter dan durasi sekitar 55 detik.
Berdasarkan data dari Pos Pengamatan Gunung Api setempat, kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal dan condong ke arah utara. BMKG akan terus memantau perkembangan situasi dan memberikan informasi terbaru terkait sebaran abu vulkanik Gunung Marapi.
BMKG akan terus melakukan pemantauan dan memberikan informasi terkini melalui pengamatan visual dan paper test jika terjadi perubahan sebaran abu vulkanik yang berpotensi mengganggu operasional bandara. Keselamatan penerbangan tetap menjadi prioritas utama.
Meskipun hingga saat ini belum ada dampak signifikan terhadap penerbangan, kewaspadaan tetap diperlukan. BMKG dan pihak terkait lainnya akan terus berkoordinasi untuk memastikan keselamatan dan kelancaran operasional penerbangan di sekitar wilayah Gunung Marapi.