BPBD Ponorogo Kejar Perbaikan Jembatan Darurat, Enam RT Terisolasi Kini Tersambung Kembali
BPBD Ponorogo percepat pembangunan jembatan darurat di Dusun Sumberejo, Bungkal, yang putus akibat banjir, menghubungkan kembali enam RT yang sempat terisolasi lebih dari sebulan.
Banjir yang menerjang Dusun Sumberejo, Desa Munggu, Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo pada 18 Maret 2025 lalu mengakibatkan putusnya jembatan penghubung utama, mengisolasi 267 jiwa dari enam RT selama lebih dari sebulan. Namun, berkat kerja cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ponorogo, harapan akan akses kembali terbuka. Pembangunan jembatan darurat kini tengah dikebut dan ditargetkan rampung awal Mei 2025.
Kepala Pelaksana BPBD Ponorogo, Masun, saat dikonfirmasi pada Rabu, menyatakan bahwa progres pembangunan jembatan darurat telah mencapai 60 persen sejak dimulai pada 27 Maret 2025. Jembatan ini diharapkan dapat digunakan sepenuhnya pada pekan ketiga atau keempat Mei 2025, mengakhiri isolasi yang dialami warga selama lebih dari satu bulan.
Kejadian ini menyoroti pentingnya infrastruktur yang tangguh dalam menghadapi bencana alam. Putusnya jembatan utama bukan hanya menghambat aktivitas ekonomi warga, tetapi juga membatasi akses pendidikan dan kesehatan, terutama bagi anak-anak yang kesulitan bersekolah. Perbaikan jembatan darurat ini menjadi bukti nyata komitmen pemerintah daerah dalam memberikan solusi cepat dan tepat bagi masyarakat yang terdampak bencana.
Perbaikan Jembatan Darurat: Prioritas Keamanan dan Ketahanan
Pembangunan jembatan darurat di Dusun Sumberejo tidak hanya sekadar solusi sementara. BPBD Ponorogo memastikan bahwa konstruksi jembatan memperhatikan aspek keamanan dan ketahanan. Masun menjelaskan bahwa jembatan darurat ini dirancang untuk bertahan lebih dari lima tahun. Hal ini menunjukkan komitmen BPBD untuk memberikan solusi jangka menengah yang efektif dan berkelanjutan.
Salah satu peningkatan signifikan adalah pelebaran jembatan. Lebar jembatan yang semula tiga meter kini diperlebar menjadi 3,5 meter. Perubahan ini memungkinkan akses bagi kendaraan roda empat, memudahkan mobilitas warga dan distribusi barang. Panjang jembatan tetap dipertahankan 15 meter.
Proses pembangunan yang cepat ini juga menunjukkan efisiensi dan koordinasi yang baik antara BPBD dan rekanan pelaksana proyek. Pembiayaan proyek berasal dari Anggaran Bantuan Tidak Terduga (BTT) tahun 2025, yang menunjukkan prioritas pemerintah daerah dalam menangani situasi darurat yang berdampak langsung pada hajat hidup orang banyak. "Sudah ada persetujuan dari Bupati," tegas Masun.
Kesulitan Warga Sebelum Perbaikan Jembatan
Sebelum pembangunan jembatan darurat, warga Dusun Sumberejo menghadapi kesulitan yang signifikan. Sutikno, salah satu warga setempat, menceritakan pengalamannya dan warga lain yang terpaksa menyeberangi sungai menggunakan rakit kayu sederhana. Metode penyeberangan ini sangat berisiko, terutama saat hujan deras.
“Kalau hujan deras kami nggak bisa menyeberang, anak-anak sekolah juga terhambat,” ungkap Sutikno. Kondisi ini menggambarkan dampak langsung putusnya jembatan terhadap kehidupan sehari-hari warga, mulai dari aktivitas ekonomi hingga akses pendidikan anak-anak.
Situasi ini menunjukan betapa pentingnya infrastruktur yang handal dan tangguh, terutama di daerah yang rawan bencana. Kejadian ini juga menjadi pelajaran berharga untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan memperkuat infrastruktur di masa mendatang.
Dengan selesainya pembangunan jembatan darurat, diharapkan aktivitas warga Dusun Sumberejo dapat kembali normal. Akses yang lancar akan memudahkan mobilitas, meningkatkan perekonomian, dan memberikan rasa aman bagi seluruh warga.
Pembangunan jembatan darurat ini menjadi contoh nyata bagaimana pemerintah daerah responsif dalam mengatasi dampak bencana dan memastikan kesejahteraan masyarakatnya. Kecepatan dan ketepatan penanganan ini patut diapresiasi dan diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam menghadapi situasi serupa.