BRIN Ungkap Rahasia Kendalikan Hama Tikus: Manfaatkan Burung Hantu!
Peneliti BRIN ungkap penggunaan burung hantu jenis Tyto alba efektif kendalikan hama tikus di lahan pertanian, namun perlu strategi terpadu dan dukungan pemerintah.
Jakarta, 11 April 2024 - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi masalah hama tikus di lahan pertanian: memanfaatkan burung hantu. Peneliti Ahli Madya sekaligus Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN, Yudhistira Nugraha, mengungkapkan bahwa burung hantu jenis Tyto alba terbukti efektif dalam memangsa tikus dalam jumlah signifikan. Satu burung hantu dewasa bahkan mampu memakan beberapa ekor tikus setiap malamnya. Inisiatif ini mendapat dukungan dari Presiden RI Prabowo Subianto yang berjanji akan membantu pengadaan 1.000 ekor burung hantu untuk petani di Majalengka, Jawa Barat.
Namun, Yudhistira menekankan pentingnya pendekatan terpadu. Penggunaan burung hantu sebagai pengendali hama tikus tidak cukup efektif jika terjadi ledakan populasi tikus. Strategi pengendalian hama tikus haruslah komprehensif, menggabungkan metode mekanik seperti grobyokan, pengemposan sarang, dan sistem trap barrier sebagai tindakan preventif. "Pendekatan terpadu ini menjadi kunci agar populasi tikus bisa ditekan dengan cepat sebelum stabil kembali dengan bantuan predator alami," ujar Yudhistira.
Lebih lanjut, Yudhistira menjelaskan bahwa pengelolaan populasi Tyto alba juga perlu diperhatikan. Jika populasi burung hantu tidak terkendali dan sumber makanan utama mereka menipis, mereka dapat memangsa spesies lain seperti burung kecil, kelelawar, bahkan ternak kecil. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan yang cermat untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
Konservasi dan Peran Petani
Salah satu praktik terbaik yang direkomendasikan Yudhistira adalah penyediaan rumah burung hantu berupa kotak sarang di lahan pertanian. Kotak sarang ini sebaiknya diletakkan di atas tiang setinggi 4 hingga 5 meter. "Karena Tyto alba tidak membangun sarang sendiri, rumah burung hantu menjadi kunci keberhasilan program konservasi ini sekaligus menjadi fasilitas penting bagi mereka untuk menetap dan berkembang biak," jelasnya.
Keberhasilan pendekatan ini, menurut Yudhistira, sangat bergantung pada tiga faktor utama: keterlibatan aktif para petani, edukasi yang memadai, dan dukungan kebijakan dari pemerintah. Fasilitasi penyediaan rumah burung hantu dan pemantauan populasi burung hantu menjadi bagian penting dari pengelolaan ekosistem pertanian yang sehat dan berkelanjutan.
Yudhistira juga menekankan pentingnya sinergi antara konservasi dan strategi pengendalian hama terpadu. "Sinergi konservasi yang menyatu dengan strategi pengendalian hama terpadu adalah masa depan sistem pertanian modern yang aman dari hama tanpa merusak lingkungan," tegasnya.
Dukungan Pemerintah dan Solusi Terpadu
Presiden Prabowo Subianto sebelumnya telah menyatakan komitmen pemerintah untuk membantu para petani dalam mengatasi masalah hama tikus. "Kita juga harus cari obat antihama yang kita buat sendiri. Di daerah sini saya dapat laporan, hama tikus sangat pelik masalahnya, dan yang paling bagus sekarang katanya adalah burung hantu," kata Presiden Prabowo pada tanggal 7 April 2024. Pernyataan ini menunjukkan dukungan pemerintah terhadap upaya pengendalian hama tikus secara berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Kesimpulannya, pengendalian hama tikus di lahan pertanian membutuhkan strategi terpadu yang melibatkan penggunaan burung hantu sebagai predator alami, dikombinasikan dengan metode pengendalian mekanik lainnya. Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada kerjasama antara pemerintah, peneliti, dan petani, serta edukasi yang berkelanjutan.