Budayawan Apresiasi Pelestarian Budaya Papua Lewat Pendidikan Formal
Budayawan Papua Orgenes Monim memberikan apresiasi tinggi terhadap upaya pelestarian budaya lokal Papua melalui pendidikan formal, seperti yang ditunjukkan dalam Pentas Seni Budaya SMP Negeri 2 Sentani.
Jayapura, 1 Mei 2024 (ANTARA) - Provinsi Papua menunjukkan komitmennya dalam melestarikan budaya lokal melalui dunia pendidikan. Hal ini terlihat dari digelarnya Pentas Seni Budaya SMP Negeri 2 Sentani di Kabupaten Jayapura, yang mendapat apresiasi tinggi dari budayawan Papua, Orgenes Monim. Acara tersebut menampilkan beragam kekayaan seni budaya Nusantara, dengan fokus utama pada kearifan lokal Papua. Apresiasi ini menjadi bukti nyata bagaimana pendidikan formal berperan penting dalam menjaga warisan budaya bangsa.
Orgenes Monim, dalam wawancara dengan ANTARA di Sentani pada Kamis, 1 Mei 2024, menyatakan kekagumannya terhadap pentas seni tersebut. Ia menyoroti penampilan Tari Noken Papua, sebuah tarian kreasi baru yang dibawakan siswa kelas IX. Tarian ini dinilai mampu menyampaikan pesan filosofis tentang peran sentral perempuan Papua dalam menjaga budaya dan tatanan sosial masyarakat. Keberhasilan ini menunjukkan bagaimana kreativitas dapat dipadukan dengan nilai-nilai budaya yang mendalam.
Pentas seni ini bukan sekadar pertunjukan biasa. Menurut Kepala SMP Negeri 2 Sentani, Kelasina Yangroseray, acara tersebut merupakan implementasi pembelajaran mendalam yang berlandaskan nilai-nilai profil pelajar Pancasila. Para siswa tidak hanya sekadar menampilkan tarian, tetapi juga mengekspresikan pemahaman mereka terhadap budaya melalui simbol, gerak, dan ekspresi. Hal ini mencerminkan proses pembelajaran yang humanis dan berpusat pada peserta didik.
Apresiasi Tari Noken dan Nilai-nilai Budaya Papua
Salah satu penampilan yang paling menyita perhatian adalah Tari Noken. Tarian ini, menurut Guru SMP Negeri 2 Sentani, Hermi Brabar, merupakan media edukatif yang efektif untuk menanamkan rasa bangga terhadap identitas budaya Papua pada generasi muda. Melalui tarian ini, para siswa dapat mengekspresikan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam noken, tas tradisional khas Papua yang terbuat dari serat kayu.
Hermi Brabar menambahkan, tujuan utama dari pertunjukan ini adalah untuk menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya Papua di kalangan generasi muda. Mereka ingin anak-anak muda Papua menyadari dan menghargai identitas budaya mereka sebagai bagian penting dari jati diri mereka. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk melestarikan budaya lokal melalui berbagai program.
UNESCO telah menetapkan noken sebagai warisan budaya tak benda sejak tahun 2012. Dalam konteks budaya Papua, noken merepresentasikan tanggung jawab, kehidupan bersama, dan nilai gotong royong. Tari Noken, sebagai bentuk ekspresi seni, berhasil menghidupkan kembali nilai-nilai tersebut dan memperkenalkannya kepada generasi muda dengan cara yang menarik dan mudah dipahami.
Pentas seni ini juga melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk orang tua siswa dan masyarakat sekitar. Keterlibatan masyarakat ini menunjukkan dukungan yang kuat terhadap upaya pelestarian budaya Papua. Hal ini penting untuk memastikan keberlanjutan upaya pelestarian budaya tersebut di masa mendatang.
Pendidikan sebagai Pilar Pelestarian Budaya
Pentas seni di SMP Negeri 2 Sentani menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan formal dapat berperan aktif dalam pelestarian budaya. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai budaya ke dalam kurikulum, sekolah dapat menanamkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya lokal sejak dini. Hal ini penting untuk mencegah hilangnya identitas budaya di tengah arus globalisasi.
Sekolah tidak hanya berfungsi sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai wadah untuk melestarikan dan mengembangkan budaya lokal. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya membentuk individu yang cerdas, tetapi juga individu yang memiliki kepribadian yang kuat dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa. Integrasi budaya dalam pendidikan merupakan investasi jangka panjang untuk keberlanjutan budaya bangsa.
Keberhasilan pentas seni ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain di Papua untuk melakukan hal serupa. Dengan demikian, upaya pelestarian budaya Papua dapat dilakukan secara lebih luas dan terstruktur. Hal ini juga menunjukkan pentingnya kolaborasi antara sekolah, budayawan, dan masyarakat dalam menjaga warisan budaya bangsa.
Melalui pendidikan, generasi muda Papua dapat memahami, menghargai, dan melestarikan warisan budaya leluhur mereka. Dengan demikian, budaya Papua akan tetap lestari dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang. Hal ini merupakan tanggung jawab bersama untuk menjaga kekayaan budaya Indonesia.