China Kecam Sikap 'Bermuka Dua' Trump: Tarif Naik, Hubungan Baik?
Menlu China kecam kebijakan Presiden Trump yang dinilai kontradiktif: meningkatkan tarif impor barang China, sementara mengklaim ingin hubungan baik bilateral.
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, melontarkan kritik tajam terhadap kebijakan Presiden AS Donald Trump yang dianggapnya memiliki pendekatan 'bermuka dua' dalam hubungan bilateral kedua negara. Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers tahunan di Beijing pada Jumat, 7 Maret 2025, di sela-sela sidang parlemen China 'Dua Sesi'. Pernyataan tersebut menanggapi peningkatan tarif impor barang-barang dari China yang dilakukan AS, sekaligus mengklaim keinginan untuk menjalin hubungan baik dengan Tiongkok.
Peningkatan tarif impor barang-barang dari China sebesar 10 persen menjadi 20 persen, yang diberlakukan AS sejak 4 Maret 2025, dipicu oleh alasan kurangnya tindakan China dalam menghentikan masuknya fentanil ke AS. Menlu Wang Yi membantah tudingan tersebut dengan menegaskan bahwa China memiliki kebijakan anti-narkoba yang paling ketat dan menyeluruh di dunia, serta telah mengatur fentanil sebagai zat ilegal sejak awal 2019 atas permintaan AS. Ia menekankan bahwa penyalahgunaan fentanil di AS merupakan masalah internal yang harus diselesaikan oleh AS sendiri.
Wang Yi juga mempertanyakan kebijakan tarif dan perang dagang yang diterapkan AS. Ia mempertanyakan dampak kebijakan tersebut terhadap defisit perdagangan, kompetitivitas produk manufaktur, inflasi, dan kesejahteraan rakyat Amerika. Menurutnya, hubungan ekonomi China-AS harus didasarkan pada interaksi dua arah dan timbal balik, bukan pada tekanan sepihak. Ia menegaskan bahwa China akan melawan jika AS terus berupaya menekan.
Perang Dagang dan Eskalasi Tegangan
Peningkatan tarif oleh AS telah memicu serangkaian balasan dari China. Pada 10 Februari 2025, China membalas dengan menerapkan tarif 10-15 persen terhadap sejumlah produk pertanian dari AS, memasukkan sejumlah perusahaan AS ke dalam 'daftar entitas yang diragukan', dan memberlakukan kontrol ekspor. Setelah AS resmi memberlakukan tambahan tarif 10 persen terhadap produk asal China, China kembali membalas dengan mengenakan tarif terhadap berbagai produk impor dari AS, termasuk ayam, gandum, jagung, kapas, sorgum, kedelai, daging babi, daging sapi, produk laut, buah-buahan, sayuran, dan produk susu. Selain itu, China juga menghentikan impor kayu dari AS dan menangguhkan izin ekspor kedelai dari tiga perusahaan AS.
Meskipun demikian, Wang Yi menekankan pentingnya hubungan damai antara China dan AS. Ia mengutip pernyataan Presiden Xi Jinping dalam panggilan telepon dengan Presiden Trump awal tahun ini yang menyatakan bahwa konflik dan konfrontasi seharusnya bukan pilihan. Ia menekankan adanya berbagai kepentingan bersama dan ruang kerja sama yang luas antara kedua negara untuk mencapai kemakmuran bersama. China, menurut Wang Yi, akan terus berupaya untuk mengembangkan hubungan China-AS yang stabil, sehat, dan berkelanjutan berdasarkan prinsip saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan kerja sama yang saling menguntungkan.
Wang Yi juga berharap AS dapat mendengarkan suara rakyatnya, memandang pembangunan China secara objektif, dan secara aktif berkomunikasi serta bekerja sama dengan China untuk mencapai hubungan yang saling menguntungkan bagi kedua negara dan dunia. Ia dengan tegas menolak pendekatan 'bermuka dua' yang menurutnya merugikan stabilitas hubungan bilateral dan menghambat pembangunan rasa saling percaya.
Konflik Fentanil dan Implikasinya
Permasalahan fentanil menjadi salah satu pemicu utama peningkatan ketegangan antara China dan AS. Meskipun China telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini, AS tetap menuding China kurang kooperatif. Perbedaan persepsi ini semakin memperumit hubungan bilateral dan memicu eskalasi perang dagang. Pernyataan Menlu Wang Yi menekankan pentingnya pendekatan yang lebih konstruktif dan kolaboratif dalam mengatasi masalah ini, alih-alih menggunakannya sebagai alat untuk meningkatkan tekanan ekonomi.
Pernyataan Menlu Wang Yi memberikan gambaran yang jelas tentang posisi China dalam hubungannya dengan AS. China menginginkan hubungan yang saling menghormati dan menguntungkan, bukan hubungan yang didasarkan pada tekanan dan konfrontasi. Pernyataan ini juga menjadi peringatan bagi AS untuk mempertimbangkan kembali kebijakannya yang dinilai kontradiktif dan berpotensi merusak hubungan bilateral yang lebih luas.
Ke depan, solusi yang berkelanjutan membutuhkan dialog terbuka, kerja sama yang tulus, dan pemahaman yang lebih baik antara kedua negara. Perang dagang dan saling tuduh menuduh hanya akan memperburuk situasi dan merugikan kedua belah pihak.
Kesimpulan
Pernyataan Menlu Wang Yi mencerminkan ketegangan yang terus meningkat antara China dan AS. Meskipun kedua negara memiliki kepentingan bersama, perbedaan pendekatan dalam isu-isu seperti fentanil dan perdagangan telah menyebabkan eskalasi konflik. Solusi jangka panjang membutuhkan dialog yang konstruktif dan saling menghormati, bukan pendekatan 'bermuka dua' yang hanya akan memperburuk situasi.