Desa Wisata Taro, Gianyar Raih Penghargaan ASEAN Tourism Award 2025
Desa Wisata Taro di Gianyar, Bali, meraih penghargaan ASEAN Tourism Award 2025 untuk kategori Community-Based Tourism, berkat inovasi dan pemberdayaan masyarakatnya dalam pengembangan wisata berkelanjutan.
Desa Wisata Taro Tegallalang, Gianyar, Bali berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Desa ini baru saja menyabet penghargaan bergengsi ASEAN Tourism Award (ATA) 2025 untuk kategori The 4th ASEAN Community-Based Tourism (CBT) Award di Johor Bahru, Malaysia. Kemenangan ini menjadi bukti nyata kesuksesan pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat yang berkelanjutan.
Kepala Desa Taro, I Wayan Warka, didampingi Ketua Pokdarwis I Wayan Gede Ardika, menyatakan penghargaan ini sebagai bukti kontribusi dan dedikasi Desa Wisata Taro di tingkat ASEAN. Prestasi ini juga merupakan kebanggaan tersendiri bagi sektor pariwisata Bali dan Indonesia. Keberhasilan ini bukan hal yang tiba-tiba, melainkan hasil kerja keras panjang dan konsisten.
Sebelum meraih penghargaan ASEAN, Desa Wisata Taro telah menorehkan prestasi membanggakan lainnya. Mereka berhasil menjadi juara satu Lomba Desa Wisata Nusantara (LDWN) 2024 kategori II (maju dan mandiri) yang diselenggarakan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT). Kemenangan ini menegaskan komitmen Desa Taro dalam pengelolaan pariwisata yang inovatif dan berkelanjutan, berfokus pada lingkungan, budaya, dan kearifan lokal.
Dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Gianyar menjadi kunci kesuksesan Desa Wisata Taro. Dengan penghargaan ini, Desa Taro semakin mengukuhkan posisinya sebagai destinasi wisata unggulan di Bali yang mengedepankan pelestarian budaya dan kearifan lokal. I Wayan Warka berharap Desa Taro bisa menjadi contoh bagi desa lain dalam mengelola pariwisata secara berkelanjutan.
Salah satu keunikan Desa Wisata Taro adalah keterlibatan hampir seluruh banjar dalam menyediakan akomodasi. Konsep homestay ini memberdayakan masyarakat lokal. Wisatawan yang menginap dapat menikmati berbagai aktivitas menarik, seperti menyaksikan atraksi kunang-kunang dan mengikuti kelas memasak (cooking class) masakan khas Bali di Banjar Patas. Cooking class ini pun menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara.
Dengan pengembangan pariwisata di 14 banjar, Desa Taro menargetkan peningkatan jumlah wisatawan lokal dan mancanegara. Mereka terus berinovasi dengan program-program wisata baru. Ikon lembu putih, warisan bersejarah yang hanya ada di Desa Taro, juga menjadi daya tarik utama desa ini. Lembu putih merupakan simbol budaya yang dilestarikan oleh masyarakat setempat dan menjadi magnet bagi wisatawan.
Keberhasilan Desa Wisata Taro dalam meraih penghargaan ASEAN dinilai berdasarkan beberapa aspek penting. Aspek tersebut meliputi inovasi wisata, pemberdayaan masyarakat, pelestarian budaya, dan kontribusi desa terhadap Sustainable Development Goals (SDGs). Desa Wisata Taro juga mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab. Peran aktif masyarakat menjadi kunci keberhasilan pengelolaan pariwisata di desa ini.
Sebagai desa maju dan mandiri, Desa Taro memiliki struktur tata kelola yang solid dan program wisata yang memberikan dampak ekonomi signifikan bagi masyarakat. Peningkatan pendapatan desa dan kesejahteraan masyarakat terlihat jelas melalui program-program ekowisata dan wisata budaya yang dikelola oleh Pokdarwis Taro. Pemerintah Kabupaten Gianyar pun memberikan ucapan selamat atas prestasi membanggakan ini.