Dorong Ekonomi Kreatif, Samuel Wattimena Ajak Promosikan Kuliner Daerah Lewat Festival
Anggota DPR RI Samuel Wattimena mendorong promosi kuliner daerah melalui festival, seperti 'Soto Vaganza 2025' di Semarang, untuk pengembangan ekonomi kreatif dan pariwisata.
Anggota Komisi VII DPR RI, Samuel Wattimena, mendorong promosi kuliner khas daerah melalui festival untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Hal ini disampaikannya dalam acara 'Soto Vaganza 2025' di Semarang, sebuah festival yang menyajikan beragam soto khas Kota Semarang. Acara ini melibatkan lima warung soto legendaris dan puluhan UMKM kuliner lokal, membagikan lebih dari 4.000 porsi soto secara gratis.
Wattimena mengapresiasi kolaborasi Pemerintah Kota Semarang dan komunitas lokal dalam menyelenggarakan 'Soto Vaganza 2025'. Ia menyebut festival ini sebagai langkah awal yang baik untuk mempromosikan kuliner Semarang dan berpotensi menjadi model bagi daerah lain. Menurutnya, "Ini (soto) kan suatu kekayaan kuliner yang luar biasa untuk sebuah Kota Semarang. Dan bahwasanya ada teman-teman ini yang kemudian mengkoordinir dan punya data tersebut, menurut saya ini spesial sekali," ujarnya.
Lebih lanjut, Wattimena menekankan potensi 'Soto Vaganza' untuk mendorong festival kuliner serupa di Semarang dan daerah lain, mencakup berbagai jenis kuliner khas, bukan hanya soto. Ia juga melihat potensi besar dalam pengembangan ekonomi kreatif, termasuk peluang digitalisasi dan keterlibatan generasi muda dalam mempromosikan kuliner melalui konten digital. "Banyak konten yang bisa dibikin. Bisa saja nanti bikin konten masalah menu, persiapan, hingga pekerja yang dilibatkan. Dan ini kan baru di Semarang. Coba kalau di Jawa Tengah dieksplor nih, kan lebih banyak," tambahnya.
Festival Soto Vaganza: Langkah Awal Pengembangan Ekonomi Kreatif
Festival 'Soto Vaganza 2025' di Semarang melibatkan lima warung soto legendaris Kota Semarang: Soto Bangkong, Soto Pak Darno, Soto Neon, Soto Pak Ra'an, dan Soto Mas Boed. Selain itu, sekitar 50 pelaku UMKM kuliner dari PPJI (Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Indonesia) dan Komunitas Berkah juga turut berpartisipasi. Keberhasilan festival ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi UMKM kuliner lainnya untuk berkembang dan menjadi legendaris.
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, menjelaskan keunikan soto Semarang dibandingkan dengan soto dari daerah lain. Menurutnya, "Keterkenalannya ya. Kalau orang ke Semarang itu makan soto ya. Dan, soto Semarang itu beda sama soto lain, seperti soto Kudus, soto Banjar, soto Seger (Boyolali) dan lainnya," jelasnya. Ia juga menambahkan bahwa soto Semarang menjadi menu sarapan favoritnya.
Wattimena berharap festival ini dapat menjadi model bagi daerah lain untuk mempromosikan kuliner lokalnya. Ia melihat potensi besar dalam pengembangan ekonomi kreatif melalui festival kuliner, yang dapat melibatkan banyak tenaga kerja dan menciptakan peluang bisnis baru. Keberadaan warung-warung soto legendaris juga bisa menjadi inspirasi bagi UMKM kuliner pemula.
Dengan adanya festival ini, diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Potensi digitalisasi juga menjadi fokus pengembangan ke depan, untuk memperluas jangkauan promosi dan menarik minat generasi muda.
Potensi Ekonomi Kreatif dan Pariwisata
Samuel Wattimena melihat potensi besar dari pengembangan ekonomi kreatif melalui festival kuliner seperti 'Soto Vaganza 2025'. Festival ini tidak hanya mempromosikan kuliner khas Semarang, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan peluang bisnis bagi UMKM lokal. Dengan melibatkan generasi muda dalam pembuatan konten digital, promosi kuliner dapat menjangkau audiens yang lebih luas.
Pemerintah Kota Semarang juga berperan penting dalam mendukung pengembangan ekonomi kreatif ini. Kolaborasi antara pemerintah, UMKM, dan komunitas lokal menjadi kunci keberhasilan 'Soto Vaganza 2025'. Keberhasilan festival ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengembangkan potensi ekonomi kreatif melalui promosi kuliner khas daerahnya masing-masing.
Keberadaan warung-warung soto legendaris juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Hal ini dapat meningkatkan sektor pariwisata di Semarang dan memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Dengan demikian, 'Soto Vaganza 2025' tidak hanya sekadar festival kuliner, tetapi juga menjadi wadah pengembangan ekonomi kreatif dan pariwisata di Semarang.
Festival ini juga memberikan kesempatan bagi UMKM kuliner untuk belajar dari para pelaku usaha kuliner legendaris. Mereka dapat mempelajari strategi bisnis, teknik memasak, dan manajemen usaha dari para senior. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan daya saing UMKM kuliner di Semarang.
Dengan demikian, 'Soto Vaganza 2025' menjadi contoh nyata bagaimana festival kuliner dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi kreatif dan pariwisata. Model ini dapat ditiru oleh daerah lain untuk mengembangkan potensi lokalnya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ke depannya, diharapkan akan lebih banyak festival kuliner serupa yang diselenggarakan di berbagai daerah di Indonesia, untuk mempromosikan kekayaan kuliner nusantara dan mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia.