Ekstensifikasi Lahan: Kunci Swasembada Padi Kalimantan Barat?
Guru Besar Pertanian Untan menilai perluasan lahan tanam, bukan peningkatan produktivitas, jadi solusi utama swasembada padi di Kalimantan Barat, mengingat kendala geografis dan rendahnya produktivitas.
Kalimantan Barat (Kalbar) masih berjuang mencapai swasembada padi. Menurut Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak, Radian, kunci utamanya bukan intensifikasi, melainkan ekstensifikasi lahan. Pernyataan ini disampaikannya di Pontianak, Kamis (30/1), menanggapi rendahnya produktivitas padi di provinsi tersebut.
Mengapa ekstensifikasi? Luas lahan di Kalbar memang besar, tetapi kesuburan tanahnya untuk padi belum optimal. Akibatnya, produktivitas padi masih rendah, sekitar 3 ton per hektare, jauh di bawah rata-rata nasional yang lebih dari 5 ton per hektare. Untuk memenuhi kebutuhan 5,4 juta penduduk Kalbar, luas panen perlu ditingkatkan dari sekitar 250 ribu hektare saat ini menjadi lebih dari 300 ribu hektare.
Bagaimana cara mencapai ekstensifikasi ini? Radian menilai perluasan lahan tanam melalui cetak sawah baru merupakan langkah realistis. Intensifikasi, dengan kondisi lahan Kalbar saat ini, membutuhkan upaya dan biaya yang sangat besar. Rendahnya produktivitas juga disebabkan oleh masalah pengelolaan air; kekeringan saat kemarau dan banjir saat musim hujan menjadi kendala utama.
Selain masalah air, kualitas tanah juga menjadi faktor penghambat. Tanah di Kalbar banyak mengandung unsur yang justru merugikan tanaman padi, seperti aluminium. Penggunaan pupuk pun perlu diperhatikan, karena pupuk yang digunakan saat ini baru sebatas pupuk mayor, belum termasuk penanganan hama yang cukup tinggi di Kalbar.
Varietas benih juga menjadi sorotan. Radian menyarankan perlu adanya demplot di setiap kecamatan untuk menguji varietas yang paling cocok dengan kondisi setempat. Penggunaan benih lokal yang adaptif juga dinilai penting. Ia bahkan menyarankan adanya regulasi yang melibatkan perusahaan sawit dalam budidaya padi, sehingga mereka ikut berkontribusi dalam ketahanan pangan.
Data BPS tahun 2024 memperlihatkan peningkatan luas panen padi di Kalbar sebesar 13,85 persen dibandingkan tahun 2023, mencapai 255.110 hektare. Produksi padi juga meningkat 14,24 persen, menjadi 799.990 ton GKG. Namun, produktivitas masih tetap rendah, yaitu 3,15 ton GKG per hektare.
Kesimpulannya, untuk mencapai swasembada padi, Kalbar perlu fokus pada ekstensifikasi lahan dengan memperhatikan pengelolaan air, kualitas tanah, varietas benih, dan keterlibatan sektor swasta. Tantangannya besar, namun dengan strategi yang tepat, swasembada padi di Kalbar bukanlah mimpi yang mustahil.