Generasi Muda: Pahlawan Peningkatan Gizi Indonesia?
Milenial dan Gen Z, yang kerap distigma negatif, justru berperan besar dalam meningkatkan gizi masyarakat Indonesia, terutama dalam mengatasi masalah stunting.
Stigma terhadap generasi milenial (1981-1996) dan Gen Z (1997-2012) sebagai generasi yang lemah dan rentan seringkali beredar. Namun, anggapan ini tak sepenuhnya benar. Faktanya, kedua generasi ini aktif berkontribusi dalam upaya peningkatan gizi di Indonesia, khususnya dalam memerangi stunting.
Salah satu contoh nyata adalah Forum Generasi Berencana (Genre) Indonesia. Dalam rangka Hari Gizi Nasional, Genre aktif memberikan makan bergizi gratis kepada anak jalanan dan memberikan edukasi gizi. Ketua Umum Forum Genre Indonesia 2024-2026, I Putu Arya Aditia Utama, menjelaskan bahwa ini adalah bentuk kolaborasi untuk menghapus stigma negatif dan menunjukkan kontribusi nyata generasi muda.
Arya menambahkan, "Kita mengambil peran blind spot dari pemerintah. Ketika program pemerintah sudah menyasar sekolah-sekolah, Genre sekarang menyasar sekolah jalanan." Anak jalanan memiliki risiko stunting dua kali lipat karena minimnya akses informasi dan edukasi gizi.
Sejak 2019, Genre telah berkolaborasi dengan pemerintah dalam program percepatan penurunan stunting. Program makan bergizi gratis yang menyasar anak sekolah, ibu hamil, menyusui, dan balita, meski penting, masih perlu fokus pada kelompok marjinal seperti anak jalanan, yang menurut Arya, belum mendapatkan perhatian yang cukup.
Genre berencana memperluas program ini ke tingkat provinsi untuk memastikan edukasi dan bantuan gizi berkelanjutan bagi anak jalanan. Survei Kesehatan Indonesia (2023) menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,5 persen, masih jauh dari target RPJMN 2020-2024 (14 persen). Target ini pun telah disesuaikan menjadi 18,8 persen pada 2025 dan 14,2 persen pada 2029.
Dokter Spesialis Anak, Novitria Dwinanda, menekankan pentingnya deteksi dini dan rujukan untuk mencapai Generasi Maju Bebas Stunting (GMBS). Deteksi dini melalui skrining, meliputi pengukuran tinggi, berat badan, dan penilaian status gizi, memungkinkan intervensi cepat dan perawatan optimal. Rujukan yang tepat memastikan anak mendapatkan akses ke sumber daya yang dibutuhkan.
Keterlibatan berbagai pihak, dari tenaga kesehatan hingga keluarga, sangat krusial. Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/33/2025 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Kesehatan Gratis Hari Ulang Tahun sebagai upaya percepatan penurunan stunting. Juru Bicara Kemenkes, Widyawati, menjelaskan program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) yang dimulai Februari 2025, bertujuan mendeteksi dini masalah kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup.
Generasi muda berperan penting dalam PKG melalui penguatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Remaja di Palang Merah Remaja (PMR) dan tim kesehatan sekolah dapat memberikan edukasi gizi. Hal ini sejalan dengan program Mendikdasmen, Abdul Mu'ti, yang mengajak siswa menerapkan 'Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat', termasuk kebiasaan makan sehat dan bergizi.
Tren gaya hidup aktif di media sosial, seperti lari dan jalan kaki, juga turut berkontribusi. Hal ini didorong oleh influencer dan fear of missing out (FOMO) di kalangan Gen Z dan milenial. Kehadiran Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) juga semakin mendorong gaya hidup aktif. Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, Antonius Andi Kurniawan, mengamati peningkatan tren gaya hidup aktif ini, kemungkinan dipengaruhi oleh media sosial.
Meskipun ada stigma negatif, peran milenial dan Gen Z dalam peningkatan gizi Indonesia tak dapat dipungkiri. Kontribusi mereka sangat penting untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.