Gubernur Khofifah Siapkan EWS Digital Pasca Longsor Cangar-Pacet
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa akan menerapkan sistem peringatan dini (EWS) berbasis digital di jalur Cangar-Pacet setelah bencana tanah longsor untuk meningkatkan keamanan pengguna jalan.
Bencana tanah longsor yang terjadi di jalur Cangar-Pacet, Jawa Timur, pada Minggu, 6 April 2024, telah mendorong Gubernur Khofifah Indar Parawansa untuk mempersiapkan sistem peringatan dini (EWS) berbasis digital. Longsor yang disebabkan oleh aliran sungai yang tersumbat pohon tumbang ini mengakibatkan penutupan jalur dan mengancam keselamatan pengguna jalan. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mencegah kejadian serupa dan memberikan pengamanan lebih optimal bagi masyarakat.
Menurut Gubernur Khofifah, meskipun telah terdapat rambu peringatan di pintu masuk Taman Hutan Raya R. Soerjo, EWS digital akan memberikan lapisan pengamanan tambahan. Sistem ini diharapkan dapat memberikan peringatan dini yang lebih efektif dan terintegrasi kepada masyarakat, khususnya terkait penutupan jalur yang dikonfirmasi oleh pihak kepolisian. "Tentu dilihat di titik-titik strategis yang memberikan warning kepada masyarakat yang juga terkonfirmasi dengan pihak kepolisian untuk kemudian disampaikan kepada masyarakat berkaitan jalan ditutup," jelas Gubernur Khofifah saat mengunjungi lokasi bencana.
Koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk kepala desa setempat, telah dilakukan untuk menangani dampak longsor dan mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Gubernur Khofifah menekankan pentingnya kerjasama untuk menormalisasi aliran sungai yang tersumbat, mengingat aliran sungai tersebut mengairi sekitar 50 hektare sawah. "Sumbatan tersebut akhirnya membuat jenuh aliran sungai dan menyebabkan longsor terutama saat kejadian curah hujan yang turun beintensitas cukup tinggi," tambahnya.
Langkah Penanganan Bencana Longsor Cangar-Pacet
Sebagai langkah awal, Gubernur Khofifah menginstruksikan pembersihan intensif di lokasi longsor dalam dua hari ke depan. Pembersihan ini direncanakan akan dilakukan secara intensif mulai pukul 08.00 hingga 12.00 WIB, dengan harapan cuaca mendukung proses tersebut. "Melalui rapat dengan seluruh pihak kemarin dan hari ini, langkah pertama adalah melalukan operasi pembersihan di lokasi kejadian. Mudah-mudahan besok cuaca bagus jadi jam 8 sampai 12 bisa dilakukan pembersihan," ujarnya.
Setelah proses pembersihan selesai, tahap selanjutnya adalah pembangunan bronjong setinggi 70 meter dan sepanjang 40 meter di area terdampak. Pembangunan bronjong ini bertujuan untuk mencegah terjadinya longsor susulan. Selain itu, akan diterapkan teknik biosoil engineering, yaitu perbaikan tebing tanah dengan sistem terasering, penahan tanah menggunakan bambu, dan penanaman rumput vetiver di atasnya. "Rencananya bronjong akan dibangun setinggi 70 meter sepanjang 40 meter di area terdampak tanah longsor Melalui Dinas PU Bina Marga Provinsi Jatim," kata Gubernur Khofifah.
Gubernur Khofifah juga menekankan pentingnya normalisasi sungai untuk memastikan puluhan hektare sawah tetap mendapatkan pengairan. Kerjasama dengan Pemkab Mojokerto akan dilakukan untuk mempercepat proses normalisasi tersebut. Pihaknya meminta agar proses ini dapat diselesaikan dengan segera.
Implementasi EWS Berbasis Digital
Selain penanganan langsung pasca bencana, Gubernur Khofifah juga menginisiasi pengembangan EWS berbasis digital. Sistem ini diharapkan dapat memberikan peringatan dini yang lebih akurat dan cepat kepada masyarakat, sehingga dapat meminimalisir risiko bencana di masa mendatang. Detail teknis dari EWS digital ini masih dalam tahap pengembangan dan akan diumumkan lebih lanjut.
Dengan adanya EWS digital, diharapkan sistem peringatan dini akan lebih efektif dan terintegrasi dengan berbagai pihak terkait, termasuk kepolisian dan pemerintah daerah. Hal ini akan meningkatkan kesiapsiagaan dan kemampuan respon terhadap bencana alam, khususnya tanah longsor, di wilayah Jawa Timur.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Gubernur Khofifah ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam menangani bencana alam dan melindungi keselamatan warganya. Integrasi teknologi dan koordinasi antar instansi diharapkan dapat menciptakan sistem pencegahan dan penanggulangan bencana yang lebih efektif dan efisien.
Kejadian longsor di Cangar-Pacet menjadi pembelajaran penting bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan kesiapsiagaan dan sistem peringatan dini bencana. Dengan langkah-langkah yang komprehensif dan terintegrasi, diharapkan kejadian serupa dapat dicegah di masa mendatang.