Gunung Soputan Waspada Level II: Kegempaan Didominasi Tektonik Jauh
Aktivitas Gunung Soputan di Sulawesi Utara masih waspada level II, dengan kegempaan didominasi aktivitas tektonik jauh, meskipun potensi bahaya erupsi tetap ada.
Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara, hingga saat ini masih menunjukkan aktivitas vulkanik. Berdasarkan laporan evaluasi Gunung Soputan periode 1-15 April 2025 dari Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), Muhammad Wafid, aktivitas kegempaan didominasi oleh gempa tektonik jauh. Laporan tersebut diterima di Manado pada Minggu lalu. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas tektonik di sekitar gunung berapi, meskipun tidak secara langsung terkait dengan aktivitas magma di dalam gunung itu sendiri.
Selama periode pengamatan tersebut, seismograf merekam berbagai jenis gempa. Tercatat 26 kali gempa guguran, 28 kali gempa vulkanik dangkal, tujuh kali gempa vulkanik dalam, satu kali gempa tektonik lokal, dan sebanyak 94 kali gempa tektonik jauh. Jumlah gempa tektonik jauh yang signifikan ini menjadi fokus utama laporan tersebut, mengindikasikan adanya pergerakan lempeng tektonik yang cukup aktif di wilayah sekitar Gunung Soputan.
Meskipun aktivitas kegempaan cukup tinggi dan fluktuatif, secara keseluruhan aktivitas tersebut relatif sama dengan periode sebelumnya. Pengamatan visual menunjukkan gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut, dengan asap kawah utama berwarna putih yang intensitasnya bervariasi dari tipis hingga tebal, mencapai ketinggian 10-100 meter dari puncak. Guguran lava atau material vulkanik lainnya belum teramati, dan tinggi asap kawah rata-rata masih di bawah 100 meter.
Aktivitas Kegempaan dan Potensi Bahaya
Aktivitas kegempaan Gunung Soputan, yang meliputi gempa vulkanik dan tektonik, menunjukkan fluktuasi. Gempa permukaan relatif stabil, dan data deformasi tidak menunjukkan perubahan signifikan. Meskipun demikian, Kepala Badan Geologi menekankan pentingnya kewaspadaan. Potensi bahaya aktivitas Gunung Soputan saat ini meliputi lontaran dan aliran atau guguran lava dan material piroklastik. Material piroklastik merupakan campuran gas panas, abu, dan batuan yang dapat mengalir dengan kecepatan tinggi dan sangat berbahaya.
Bahaya sekunder juga perlu diwaspadai. Jika terjadi erupsi, potensi bahaya lahar dapat terjadi di sepanjang sungai atau lembah yang berhulu di Gunung Soputan. Lahar merupakan aliran lumpur panas yang sangat merusak dan dapat mengancam permukiman penduduk di sekitar aliran sungai tersebut. Oleh karena itu, masyarakat di sekitar Gunung Soputan diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang.
Data instrumental menunjukkan aktivitas kegempaan yang tinggi dan berfluktuasi, meskipun secara keseluruhan relatif sama dengan periode sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun gempa tektonik jauh mendominasi, aktivitas vulkanik di dalam gunung masih perlu dipantau secara ketat. Perubahan signifikan pada aktivitas kegempaan atau deformasi tanah akan menjadi indikator penting untuk peningkatan status kewaspadaan.
Status Waspada dan Rekomendasi
Berdasarkan data pengamatan visual dan instrumental, Badan Geologi masih menetapkan status Gunung Soputan pada Level II atau Waspada. Status ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas vulkanik, dan masyarakat di sekitar gunung diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang. Penting untuk menghindari aktivitas di sekitar puncak gunung dan jalur-jalur yang berpotensi terdampak aliran lava atau lahar.
Meskipun gempa tektonik jauh mendominasi, potensi bahaya erupsi tetap ada. Pemantauan intensif terus dilakukan untuk mendeteksi perubahan aktivitas vulkanik dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat. Kerja sama antara Badan Geologi, pemerintah daerah, dan masyarakat sangat penting untuk mengurangi risiko bencana yang mungkin terjadi.
Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan mengikuti arahan dari BPBD dan instansi terkait. Informasi resmi mengenai aktivitas Gunung Soputan dapat diakses melalui kanal-kanal komunikasi resmi pemerintah.