Gus Yahya Dorong Penguatan Komunikasi Seimbang PBNU-Muslimat NU
Ketua Umum PBNU, Gus Yahya, mendorong komunikasi yang lebih seimbang antara PBNU dan Muslimat NU untuk menghadapi tantangan zaman dan memperkuat peran Muslimat NU di abad kedua NU.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, menekankan perlunya komunikasi yang lebih seimbang antara PBNU dan Muslimat NU. Hal ini disampaikan saat beliau menghadiri Kongres XVIII Muslimat NU di Asrama Haji Surabaya, Jawa Timur, Selasa (11/2).
Gus Yahya menyatakan bahwa perkembangan NU di abad kedua menuntut penyesuaian berbagai hal, termasuk hubungan antara PBNU dan Muslimat NU. Konsep Muslimat NU sebagai underbow NU, menurutnya, perlu dirombak menjadi hubungan yang lebih setara dan saling mendukung.
Membangun Tandem yang Kuat
Meskipun secara struktural Muslimat NU masih berada dalam lingkup NU, Gus Yahya mendorong terciptanya komunikasi yang lebih seimbang. "Mungkin secara kebijakan umum masih secara struktural dalam lingkup kendali NU, tapi komunikasi antara dua lembaga organisasi perlu kita bangun secara lebih seimbang," ujarnya. Tujuannya adalah menciptakan hubungan tandem, di mana kedua organisasi saling mendukung dan menjadi refleksi satu sama lain, seperti halnya hubungan antara kiai dan nyai.
Gus Yahya juga mengakui peran penting Muslimat NU dalam menjangkau basis masyarakat secara intensif. "Dari dulu sampai sekarang Muslimat yang paling langsung berhubungan dengan masyarakat basis," tuturnya. Oleh karena itu, penting untuk membangun komunikasi yang efektif agar sinergi antara PBNU dan Muslimat NU dapat optimal.
Menghadapi Tantangan Era Disrupsi
Di era disrupsi digital, Gus Yahya menekankan pentingnya peran Muslimat NU dalam menjaga kesehatan psikologi sosial masyarakat. Beliau khawatir jika masyarakat hanya bergantung pada algoritma digital, hubungan kemanusiaan akan terkikis. Muslimat NU, dengan jangkauannya yang luas, memiliki peran strategis dan fundamental dalam mengatasi hal ini.
Penguatan Kemandirian Muslimat NU
Sementara itu, Ketua Umum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa, menjelaskan bahwa Kongres XVIII Muslimat NU difokuskan pada penguatan kemandirian, terutama di sektor ekonomi dan pemberdayaan perempuan. Muslimat NU tidak hanya ingin berperan sebagai pendukung, tetapi juga sebagai penggerak utama pembangunan.
Sebagai bagian dari kongres, Muslimat NU Expo 2025 juga digelar. Ekspo ini menampilkan berbagai produk unggulan dari usaha-usaha anggota Muslimat NU, sekaligus menjadi representasi nyata dari upaya penguatan kemandirian ekonomi. Selain itu, ekspo juga bertujuan untuk menginspirasi anggota dan memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan pengalaman.
Isu Strategis yang Diangkat
Kongres tersebut juga membahas isu-isu strategis lainnya, seperti peran perempuan dalam menjaga tradisi keagamaan, kontribusi Muslimat NU dalam pembangunan nasional, dan strategi menghadapi tantangan global. Hasil-hasil kongres ini akan menjadi pedoman bagi Muslimat NU dalam menjalankan program-programnya ke depan, memperkuat peran organisasi sebagai kekuatan utama perempuan di Indonesia, dan berkontribusi signifikan dalam memajukan peradaban bangsa. "Kongres ini menjadi bukti komitmen Muslimat NU untuk terus beradaptasi dan berinovasi dalam menghadapi tantangan zaman," kata Khofifah.
Kesimpulannya, upaya membangun komunikasi yang lebih seimbang antara PBNU dan Muslimat NU merupakan langkah penting untuk menghadapi tantangan zaman dan memperkuat peran Muslimat NU dalam pembangunan bangsa. Kongres XVIII Muslimat NU menjadi momentum strategis untuk merealisasikan hal tersebut, dengan fokus pada penguatan kemandirian dan pemberdayaan perempuan.