Hun Sen Sorot Peran Indonesia Akhiri Konflik Kamboja: Dari Paris hingga Jakarta
Ketua Senat Kamboja, Hun Sen, memuji peran penting Indonesia dalam mengakhiri konflik di Kamboja, khususnya melalui Konferensi Paris dan Jakarta Informal Meeting.
Jakarta, 6 Mei 2024 - Ketua Senat Kamboja, Hun Sen, memberikan apresiasi tinggi terhadap peran Indonesia dalam mengakhiri konflik berkepanjangan di negaranya. Dalam pidato kunci pada Kuliah Kepemimpinan Sekolah Pemerintahan ERIA di Jakarta, Selasa, Hun Sen menekankan kontribusi signifikan Indonesia dalam mencapai perdamaian di Kamboja setelah puluhan tahun gejolak politik dan perang saudara yang berdampak luas di kawasan.
Hun Sen secara khusus menyorot peran Indonesia dalam Konferensi Paris, yang bertujuan mencari solusi damai bagi konflik Kamboja pada 1970-an hingga akhir 1980-an. Konferensi ini berlangsung di tengah meluasnya konflik di Kamboja dan kawasan Indochina pasca-jatuhnya rezim Khmer Merah pada 1979. Peran Indonesia sebagai ketua bersama konferensi tersebut, bersama Prancis, dinilai sangat krusial dalam memediasi berbagai diskusi yang kompleks.
Hasilnya, Konferensi Paris berhasil menghasilkan Kesepakatan Perdamaian Kamboja pada 23 Oktober 1991. Kesepakatan ini menjadi landasan penyelesaian politik komprehensif di Kamboja, membuka jalan menuju pemulihan dan stabilitas negara melalui UNTAC (United Nations Transitional Authority in Cambodia).
Peran Indonesia di Konferensi Paris dan JIM I
Lebih lanjut, Hun Sen juga mengingat peran Indonesia sebagai tuan rumah Jakarta Informal Meeting (JIM) pertama pada 1988. JIM I membahas pembentukan dewan tingkat tinggi untuk unifikasi nasional, sebuah usulan dari Hun Sen sendiri. Menurut Hun Sen, JIM I memberikan landasan penting untuk mencapai kesepakatan damai dan mengakhiri konflik di Kamboja. Beliau yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Kamboja selama hampir 30 tahun, sangat menghargai kontribusi Indonesia dalam proses perdamaian ini.
Peran Indonesia dalam kedua forum internasional tersebut, menurut Hun Sen, menunjukkan komitmen besar negara-negara mitra dalam membantu Kamboja mencapai perdamaian. Kesepakatan Perdamaian Kamboja, yang difasilitasi sebagian besar oleh peran Indonesia, menjadi dasar bagi pemulihan kondisi di negara Asia Tenggara tersebut melalui UNTAC.
“Prancis dan Indonesia, misalnya, punya peran kunci sebagai ketua bersama (co-chairs) Konferensi Paris untuk Kamboja di mana banyak sekali diskusi berlangsung di sana,” kata Hun Sen dalam pidatonya.
Peringatan Terhadap Intervensi Militer Asing
Meskipun mengapresiasi peran negara-negara sahabat, Hun Sen juga memberikan peringatan keras terhadap intervensi militer asing. Beliau menekankan bahwa intervensi militer hanya akan mengakibatkan kehancuran besar, seperti yang pernah dialami Kamboja di masa lalu. Pengalaman pahit tersebut menjadi pelajaran berharga bagi Kamboja dan negara-negara lain dalam menjaga perdamaian dan stabilitas regional.
Kesimpulannya, pidato Hun Sen menyoroti peran krusial Indonesia dalam membantu Kamboja mencapai perdamaian. Kontribusi Indonesia, baik melalui Konferensi Paris maupun JIM I, memberikan dampak signifikan terhadap proses perdamaian dan pemulihan Kamboja. Peran ini menjadi contoh nyata bagaimana diplomasi dan kerja sama internasional dapat membantu menyelesaikan konflik dan membangun perdamaian.