IHSG Melonjak 5,02 Persen, Saham "Undervalued" Direkomendasikan untuk Dibeli
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meroket 5,02 persen, mendorong analis merekomendasikan pembelian saham undervalued dan saham sektor keuangan serta saham dividen.
Jakarta, 10 April 2025 - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami lonjakan signifikan sebesar 5,02 persen pada perdagangan sesi I Kamis (10/04), ditutup pada posisi 6.267,86. Kenaikan ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk penundaan implementasi tarif resiprokal oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan sentimen positif pasar. William Hartanto, Founder WH-Project dan analis pasar modal, menyarankan investor untuk memanfaatkan momentum ini dengan membeli saham-saham yang dinilai undervalued.
Kenaikan IHSG sebesar 299,87 poin ini disambut positif oleh pasar, dengan 546 saham mengalami penguatan, 94 saham melemah, dan 147 saham stagnan. William Hartanto memberikan rekomendasi spesifik bagi investor yang ingin mengambil keuntungan dari situasi ini. Ia menekankan pentingnya analisis sebelum berinvestasi, dan menganjurkan strategi investasi yang tepat guna meminimalisir risiko.
Menurut William, pengaruh perang tarif antara AS dan China terhadap perekonomian Indonesia tidak signifikan. Justru, penundaan tarif selama 90 hari oleh Trump dinilai memberikan keuntungan bagi Indonesia. Hal ini menjadi salah satu faktor pendorong penguatan IHSG yang signifikan.
Rekomendasi Saham dan Strategi Investasi
William Hartanto secara khusus merekomendasikan pembelian saham-saham di sektor keuangan, terutama perbankan. Alasannya, sektor ini diyakini akan mendapatkan keuntungan dari situasi ekonomi saat ini. Selain itu, ia juga menyarankan untuk membeli saham perusahaan yang akan membagikan dividen, mengingat efek "windows dressing" yang biasanya terjadi menjelang akhir periode.
"Buy, apabila masih ada saham yang belum menguat, ataupun sudah memiliki posisi tapi masih floating loss pun bisa average down," ujar William kepada Antara. Ia juga memproyeksikan IHSG akan terus menguat dan mencapai level 6.300 pada hari yang sama.
Strategi "average down" yang disarankan William sangat relevan bagi investor yang sudah memiliki posisi saham yang mengalami kerugian (floating loss). Dengan membeli lebih banyak saham pada harga yang lebih rendah, rata-rata harga beli akan turun, sehingga mengurangi potensi kerugian jika harga saham kembali naik.
Lebih lanjut, William menjelaskan bahwa penguatan IHSG juga disebabkan oleh "technical rebound" akibat sentimen jenuh jual sebelumnya. Penundaan tarif oleh Trump selama 90 hari memberikan sentimen positif yang signifikan bagi pasar.
Dampak Penundaan Tarif Trump
Presiden AS Donald Trump pada Rabu (9/4/2025) mengumumkan penundaan selama 90 hari atas tarif resiprokal ke berbagai negara. Meskipun demikian, tarif impor untuk China tetap dinaikkan sebesar 125 persen. Negara-negara lain yang semula akan dikenakan tarif resiprokal lebih tinggi hanya akan dikenakan tarif dasar 10 persen.
Trump menyatakan bahwa lebih dari 75 negara siap bernegosiasi dengan AS. Keputusan ini memberikan dampak positif bagi pasar global, termasuk Indonesia, dan berkontribusi pada penguatan IHSG.
Meskipun demikian, investor tetap perlu berhati-hati dan melakukan analisis yang cermat sebelum melakukan investasi. Penguatan IHSG tidak menjamin keuntungan terus menerus, dan risiko pasar tetap ada.
Kesimpulannya, lonjakan IHSG memberikan peluang bagi investor untuk membeli saham undervalued, terutama di sektor keuangan dan saham dividen. Namun, penting untuk selalu melakukan riset dan analisis sebelum mengambil keputusan investasi.