IHSG Menguat 0,94 Persen di Tengah Pelemahan Bursa Asia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,94 persen di tengah pelemahan bursa saham regional Asia, didorong oleh respons pelaku pasar terhadap data ekonomi Jepang dan antisipasi data ekonomi China.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil ditutup menguat pada Jumat sore, 16 Mei 2025, dengan kenaikan sebesar 66,37 poin atau 0,94 persen ke posisi 7.106,53. Kenaikan ini terjadi di tengah pelemahan yang dialami bursa saham di kawasan Asia. Hal ini menunjukkan adanya dinamika pasar yang menarik dan patut ditelusuri lebih lanjut.
Penguatan IHSG ini berbanding terbalik dengan kinerja bursa regional Asia. Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menjelaskan bahwa penguatan IHSG tampaknya dipengaruhi oleh respons pelaku pasar terhadap data ekonomi Jepang yang baru dirilis. Data tersebut menunjukkan adanya kontraksi ekonomi yang lebih dalam dari perkiraan pasar, memicu berbagai analisis dan interpretasi dari para pelaku pasar.
Pertumbuhan ekonomi Jepang yang mengalami kontraksi sebesar 0,2 persen pada kuartal I-2025, lebih rendah dari prediksi pasar sebesar 0,1 persen, menjadi sorotan utama. Data ini memicu kekhawatiran akan dampak kebijakan perdagangan Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Trump, serta melemahnya permintaan dari mitra dagang utama, termasuk China. Situasi ini tentunya memberikan dampak yang kompleks terhadap pasar saham global.
Analisis Data Ekonomi Jepang dan Dampaknya
Kontraksi ekonomi Jepang yang lebih dalam dari perkiraan menimbulkan kekhawatiran akan dampak kebijakan perdagangan AS dan melemahnya permintaan dari China. Hal ini memberikan tekanan pada Perdana Menteri Jepang terkait kebijakan fiskal dan Bank of Japan (BoJ) terkait kebijakan moneternya. Kondisi ini mencerminkan potensi moderasi ekonomi global di tengah dampak kebijakan perdagangan AS yang masih terasa.
Meskipun demikian, pasar juga menantikan rilis data ekonomi China pada pekan depan. Data ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kondisi ekonomi global dan memberikan arah bagi pergerakan IHSG selanjutnya. Antisipasi terhadap data ekonomi China ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja IHSG.
People's Bank of China (PBoC) juga akan meninjau suku bunga pinjaman acuannya, yang saat ini berada pada rekor terendah. Langkah ini dilakukan sebagai upaya untuk mendukung perekonomian China yang sedang menghadapi tantangan. Kebijakan moneter dari PBoC ini juga akan turut mempengaruhi pergerakan pasar saham global, termasuk IHSG.
Pergerakan IHSG Sepanjang Sesi Perdagangan
IHSG dibuka dengan penguatan dan bertahan di zona positif hingga penutupan sesi pertama. Tren positif ini berlanjut hingga penutupan sesi kedua. Hal ini menunjukkan adanya sentimen positif yang cukup kuat di pasar saham Indonesia.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, enam sektor mengalami peningkatan, dengan sektor infrastruktur mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 2,35 persen. Sektor barang baku dan energi juga menunjukkan penguatan yang signifikan, masing-masing sebesar 1,77 persen dan 1,16 persen. Sementara itu, lima sektor lainnya mengalami koreksi, dengan sektor barang konsumen non primer mengalami penurunan paling dalam, yaitu minus 0,55 persen.
Saham-saham COCO, SMGA, LMPI, PGEO, dan FWCT mencatatkan penguatan terbesar, sementara DKHH, NAIK, WAPO, KBLV, dan HELI mengalami pelemahan terbesar. Data ini memberikan gambaran detail mengenai pergerakan saham individual di sepanjang sesi perdagangan.
Volume Perdagangan dan Kinerja Bursa Regional
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.313.427 kali transaksi, dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 25,75 miliar lembar saham senilai Rp14,92 triliun. Sebanyak 325 saham naik, 291 saham menurun, dan 219 saham tidak bergerak nilainya. Data ini menunjukkan aktivitas perdagangan yang cukup tinggi di BEI.
Di sisi lain, bursa saham regional Asia menunjukkan kinerja yang beragam. Indeks Nikkei melemah 1,79 poin (0,00 persen) ke 37.753,72, indeks Kuala Lumpur turun 1,27 poin (0,08 persen) ke 1.571,75, indeks Shanghai turun 13,36 poin (0,40 persen) ke 3.367,46, dan indeks Strait Times turun 2,74 poin (0,07 persen) ke 3.889,20. Perbedaan kinerja ini menunjukkan adanya faktor-faktor spesifik yang mempengaruhi masing-masing bursa saham.
Secara keseluruhan, penguatan IHSG di tengah pelemahan bursa Asia menunjukkan resiliensi pasar saham Indonesia. Respons positif terhadap data ekonomi Jepang dan antisipasi data ekonomi China menjadi faktor kunci di balik penguatan ini. Namun, perlu diwaspadai potensi dampak dari pelemahan ekonomi global dan kebijakan moneter negara-negara lain.